nyi roro kidul, ratu pantai selatan

Posted by Unknown Sunday, July 8, 2012 0 comments
Siapakah sesungguhnya
Kanjeng Ratu Kidul itu?
Benarkah ada dalam
kesungguhannya, ataukah
hanya dikenal dalam dongeng
saja? Pertanyaan ini pantas timbul,
karena Kanjeng Ratu Kidul
termasuk makhluk halus.
Hidupnya di alam limunan (gaib),
dansukar untuk dibuktikan
dengan nyata. Pada umumnya oarang mengenalnya hanya
dari tutur kata dan dari semua
cerita atau kata orang ini,
orang itu, bila dikumpulkan
akan menjadi seperti berikut: Menurut cerita umum, Kanjeng
Ratu Kidul pada mudanya
bernama Dewi Retna Suwida,
seorang putri dari Pajajaran,
anak Prabu Mundhingsari, dari
istrinya yang bernama Dewi Sarwedi, cucu Sang Hyang
Saranadi, cicit Raja siluman di
Sigaluh. Sang putri melarikan diri dari
keraton dan bertapa di gunung
Kombang. Selama bertapa ini
sering nampak kekuatan
gaibnya, dapat berganti rupa
dari wanita menjadi pria atau sebaliknya. Sang putri wadat
(tidak bersuami) dan menjadi
ratu diantara makhluk halus
seluruh pulau jawa. Istananya
didasar samudra indonesia.
Tidaklah mengherankan, karena sang putri memang
mempunyai darah keturunan
dari makhluk halus. Diceritakan selanjutnya, bahwa
setelah menjadi raru sang putri
lalu mendapat julukan Kanjeng
Ratu Kidul Kencanasari. Ada
juga sementara orang yang
menyebut Nyai Lara Kidul (di keraton surakarta sebutan
Nyai Lara Kidul adalah untuk
patihnya, bukan untuk Kanjeng
Ratu Kidul sendiri). Malahan ada
juga yang menyebutnya Nyira
Kidul. Dan yang menyimpang lagi adalah: Bok Lara Mas Ratu
Kidul. Kata "Lara" berasal dari
"Rara", yang berarti perawan
(tidak kawin). Dikisahkan, bahwa Dewi Retna
Suwida yang cantiknya tanpa
tanding itu menderita sakit
budhug (lepra). Utuk
mengobatinya harus mandi dan
merendam diri didalam suatu telaga, di pinggir samudra.
Konon pada suatu hari, tatkala
akan membersihkan muka sang
putri melihat bayangan
mukanya di permukaan air.
Terkejut karena melihat mukanya yang sudah rusak,
sang putri lalu terjun kelaut
dan tidak kembali lagi ke
daratan, dan hilanglah sifat
kemanusiaannya serta menjadi
makhluk halus. Ceritaa lain lagi menyebutkan
bahwa sementara orang ada
yang menamakannya Kanjeng
Ratu Angin-angin. Sepanjang
penelitian yang pernah
dilakukan dapat disimpulakan bahwa Kanjeng Ratu Kidul
tidaklah hanya menjadi ratu
makhluk halus saja melainkan
juga menjadi pujaan penduduk
daerah pesisir pantai selatan,
mulai darah Jogjakarta sampai dengan Banyuwangi. Camat desa Paga menerangkan
bahwa daerah pesisirnya
mempunyai adat bersesaji ke
samudra selatan untuk Nyi
Rara Kidul. Sesajinya diatur
didalam rumah kecil yang khusus dibuat untuk keperluan
tersebut (sanggar). Juga
pesisir selatan Lumajang setiap
tahun mengadakan korban
kambing untuknya dan orang
pun banyak sekali yang datang. Mr Welter, seorang warga
belanda yang dahulu menjadi
Wakil ketua Raad van Indie,
menerangkan bahwa tatkala ia
masih menjadi kontrolir di
Kepanjen, pernah melihat upacara sesaji tahunan di
Ngliyep, salah satu pesisir
pantai selatan, Jawa timur,
yang khusus diadakan untuk
Nyai rara kidul. Ditunjukkannya
gambar sebuah rumah kecil dengan bilik di dalamnya berisi
tempat peraduan dengan sesaji
punjungan untuk Nyai Rara
Kidul. Seorang perwira ALRI yang
sering mengadakan latihan
didaerah ngliyep menerangkan
bahwa di pulau kecil sebelah
timur ngliyep memang masih
terdapat sebuah rumah kecil, tetapi kosong saja sekarang.
Apakah rumah ini terlukis
gambar Tuan Welter, belumlah
dapat dipastikan. Pengalaman seorang kenalan
dari Malang menyebutkan
bahwa pada tajun 1955 pernah
ada serombongan oran-orang
yang nenepi (pergi ke tempat-
tempat sepi dan keramat) dipulau karang kecil, sebelah
timur Ngliyep. Seorang diantara mereka
adalah gurunya. Dengan cara
tanpa busana mereka
bersemadi disitu. Apa yang
kemudian terjadi ialah, bahwa
sang guru mendapat kemben, tanpa diketahui dari siapa
asalnya. Yang dapat
diceritakannya ialah bahwa ia
merasa melihat sebuah rumah
emas yang lampunya bersinar-
sinar terang sekali. Dipacitan ada kepercayaan
larangan untuk memakai
pakaian berwarna hijau gadung
(hijau lembayung), yang erat
hubungannya dengan Nyai Rara
Kidul. Bila ini dilanggar orang akan mendapat bencana. Ini di
buktikan denga terjadinya
suatu malapetaka yang
menimpa suami-istri bangsa
belanda beserta dua orang
anaknya. Mereka bukan saja tidak percaya pada larangan
tersebut, bahkan mengejek
dan mencemoohkannya.
Pergilah mereka kepantai
dengan berpakaian serba hijau.
Terjadilah sesuatu yang mengejutkan, karena tiba-tiba
ombak besar datang dan dan
kembalinya kelaut sambil
menyambar keempat orang
belanda tersebut. Artikel 2 Di suatu masa, hiduplah
seorang putri cantik bernama
Kadita. Karena kecantikannya,
ia pun dipanggil Dewi
Srengenge yang berarti
matahari yang indah. Dewi Srengenge adalah anak dari
Raja Munding Wangi. Meskipun
sang raja mempunyai seorang
putri yang cantik, ia selalu
bersedih karena sebenarnya ia
selalu berharap mempunyai anak laki-laki. Raja pun
kemudian menikah dengan Dewi
Mutiara, dan mendapatkan
putra dari perkimpoian
tersebut. Maka, bahagialah
sang raja. Dewi Mutiara ingin agar kelak
putranya itu menjadi raja, dan
ia pun berusaha agar
keinginannya itu terwujud.
Kemudian Dewi Mutiara datang
menghadap raja, dan meminta agar sang raja menyuruh
putrinya pergi dari istana.
Sudah tentu raja menolak.
"Sangat menggelikan. Saya
tidak akan membiarkan
siapapun yang ingin bertindak kasar pada putriku", kata
Raja Munding Wangi. Mendengar
jawaban itu, Dewi Mutiara pun
tersenyum dan berkata manis
sampai raja tidak marah lagi
kepadanya. Tapi walaupun demikian, dia tetap berniat
mewujudkan keinginannya itu. Pada pagi harinya, sebelum
matahari terbit, Dewi Mutiara
mengutus pembantunya untuk
memanggil seorang dukun. Dia
ingin sang dukun mengutuk
Kadita, anak tirinya. "Aku ingin tubuhnya yang cantik penuh
dengan kudis dan gatal-gatal.
Bila engkau berhasil, maka aku
akan memberikan suatu
imbalan yang tak pernah kau
bayangkan sebelumnya." Sang dukun menuruti perintah sang
ratu. Pada malam harinya,
tubuh Kadita telah dipenuhi
dengan kudis dan gatal-gatal.
Ketika dia terbangun, dia
menyadari tubuhnya berbau busuk dan dipenuhi dengan
bisul. Puteri yang cantik itu pun
menangis dan tak tahu harus
berbuat apa. Ketika Raja mendengar kabar
itu, beliau menjadi sangat sedih
dan mengundang banyak tabib
untuk menyembuhkan penyakit
putrinya. Beliau sadar bahwa
penyakit putrinya itu tidak wajar, seseorang pasti telah
mengutuk atau mengguna-
gunainya. Masalah pun menjadi
semakin rumit ketika Ratu Dewi
Mutiara memaksanya untuk
mengusir puterinya. "Puterimu akan mendatangkan kesialan
bagi seluruh negeri," kata
Dewi Mutiara. Karena Raja
tidak menginginkan puterinya
menjadi gunjingan di seluruh
negeri, akhirnya beliau terpaksa menyetujui usul Ratu
Mutiara untuk mengirim
putrinya ke luar dari negeri itu. Puteri yang malang itu pun
pergi sendirian, tanpa tahu
kemana harus pergi. Dia hampir
tidak dapat menangis lagi. Dia
memang memiliki hati yang
mulia. Dia tidak menyimpan dendam kepada ibu tirinya,
malahan ia selalu meminta agar
Tuhan mendampinginya dalam
menanggung penderitaan.. Hampir tujuh hari dan tujuh
malam dia berjalan sampai
akhirnya tiba di Samudera
Selatan. Dia memandang
samudera itu. Airnya bersih dan
jernih, tidak seperti samudera lainnya yang airnya biru atau
hijau. Dia melompat ke dalam
air dan berenang. Tiba-tiba,
ketika air Samudera Selatan
itu menyentuh kulitnya,
mukjizat terjadi. Bisulnya lenyap dan tak ada tanda-
tanda bahwa dia pernah
kudisan atau gatal-gatal.
Malahan, dia menjadi lebih
cantik daripada sebelumnya.
Bukan hanya itu, kini dia memiliki kuasa untuk
memerintah seisi Samudera
Selatan. Kini ia menjadi seorang
peri yang disebut Nyi Roro Kidul
atau Ratu Pantai Samudera
Selatan yang hidup selamanya. Kanjeng Ratu Kidul = Ratna
Suwinda Tersebut dalam Babad Tanah
Jawi (abad ke-19), seorang
pangeran dari Kerajaan
Pajajaran, Joko Suruh,
bertemu dengan seorang
pertapa yang memerintahkan agar dia menemukan Kerajaan
Majapahit di Jawa Timur.
Karena sang pertapa adalah
seorang wanita muda yang
cantik, Joko Suruh pun jatuh
cinta kepadanya. Tapi sang pertapa yang ternyata
merupakan bibi dari Joko
Suruh, bernama Ratna Suwida,
menolak cintanya. Ketika muda,
Ratna Suwida mengasingkan
diri untuk bertapa di sebuah bukit. Kemudian ia pergi ke
pantai selatan Jawa dan
menjadi penguasa spiritual di
sana. Ia berkata kepada
pangeran, jika keturunan
pangeran menjadi penguasa di kerajaan yang terletak di
dekat Gunung Merapi, ia akan
menikahi seluruh penguasa
secara bergantian. Generasi selanjutnya,
Panembahan Senopati, pendiri
Kerajaan Mataram Ke-2,
mengasingkan diri ke Pantai
Selatan, untuk mengumpulkan
seluruh energinya, dalam upaya mempersiapkan kampanye
militer melawan kerajaan utara.
Meditasinya menarik perhatian
Kanjeng Ratu Kidul dan dia
berjanji untuk membantunya.
Selama tiga hari dan tiga malam dia mempelajari rahasia
perang dan pemerintahan, dan
intrik-intrik cinta di istana
bawah airnya, hingga akhirnya
muncul dari Laut
Parangkusumo, kini Yogyakarta Selatan. Sejak saat itu, Ratu
Kidul dilaporkan berhubungan
erat dengan keturunan
Senopati yang berkuasa, dan
sesajian dipersembahkan
untuknya di tempat ini setiap tahun melalui perwakilan istana
Solo dan Yogyakarta. Begitulah dua buah kisah atau
legenda mengenai Kanjeng Ratu
Kidul, atau Nyi Roro Kidul, atau
Ratu Pantai Selatan. Versi
pertama diambil dari buku
Cerita Rakyat dari Yogyakarta dan versi yang kedua terdapat
dalam Babad Tanah Jawi. Kedua
cerita tersebut memang
berbeda, tapi anda jangan
bingung. Anda tidak perlu
pusing memilih, mana dari keduanya yang paling benar.
Cerita-cerita di atas hanyalah
sebuah pengatar bagi tulisan
selanjutnya. Kanjeng Ratu Kidul dan Keraton
Yogyakarta Percayakah anda dengan
cerita tentang Kanjeng Ratu
Kidul, atau Nyi Roro Kidul, atau
Ratu Pantai Selatan? Sebagian
dari anda mungkin akan
berkata TIDAK. Tapi coba tanyakan kepada mereka yang
hidup dalam zaman atau
lingkungan Keraton
Yogyakarta. Mereka yakin
dengan kebenaran cerita ini.
Kebenaran akan cerita Kanjeng Ratu Kidul memang masih tetap
menjadi polemik. Tapi terlepas
dari polemik tersebut, ada
sebuah fenomena yang nyata,
bahwa mitos Ratu Kidul
memang memiliki relevansi dengan eksistensi Keraton
Yogyakarta. Hubungan antara
Kanjeng Ratu Kidul dengan
Keraton Yogyakarta paling
tidak tercantum dalam Babad
Tanah Jawi (cerita tentang kanjeng Ratu Kidul di atas,
versi kedua). Hubungan seperti
apa yang terjalin di antara
keduanya? Y. Argo Twikromo dalam
bukunya berjudul Ratu Kidul
menyebutkan bahwa
masyarakat adalah sebuah
komunitas tradisi yang
mementingkan keharmonisan, keselarasan dan keseimbangan
hidup. Karena hidup ini tidak
terlepas dari lingkungan alam
sekitar, maka memfungsikan
dan memaknai lingkungan alam
sangat penting dilakukan. Sebagai sebuah hubungan
komunikasi timbal balik dengan
lingkungan yang menurut
masyarakat Jawa mempunyai
kekuatan yang lebih kuat,
masih menurut Twikromo, maka penggunaan simbol pun sering
diaktualisasikan. Jika
dihubungkan dengan makhluk
halus, maka Javanisme
mengenal penguasa makhluk
halus seperti penguasa Gunung Merapi, penguasa Gunung
Lawu, Kayangan nDelpin, dan
Laut Selatan. Penguasa Laut
Selatan inilah yang oleh orang
Jawa disebut Kanjeng Ratu
Kidul. Keempat penguasa tersebut mengitari Kesultanan
Yogyakarta. Dan untuk
mencapai keharmonisan,
keselarasan dan keseimbangan
dalam masyarakat, maka raja
harus mengadakan komunikasi dengan "makhluk-makhluk
halus" tersebut. Menurut Twikromo, bagi raja
Jawa berkomunikasi dengan
Ratu Kidul adalah sebagai salah
satu kekuatan batin dalam
mengelola negara. Sebagai
kekuatan datan kasat mata (tak terlihat oleh mata),
Kanjeng Ratu Kidul harus
dimintai restu dalam kegiatan
sehari-hari untuk mendapatkan
keselamatan dan
ketenteraman. Kepercayaan terhadap Ratu
Kidul ini diaktualisasikan dengan
baik. Pada kegiatan labuhan
misalnya, sebuah upacara
tradisional keraton yang
dilaksanakan di tepi laut di selatan Yogyakarta, yang
diadakan tiap ulang tahun Sri
Sultan Hamengkubuwono,
menurut perhitungan tahun
Saka (tahun Jawa). Upacara ini
bertujuan untuk kesejahteraan sultan dan masyarakat
Yogyakarta. Kepercayaan terhadap Kanjeng
Ratu Kidul juga diwujudkan
lewat tari Bedaya Lambangsari
dan Bedaya Semang yang
diselenggarakan untuk
menghormati serta memperingati Sang Ratu. Bukti
lainnya adalah dengan
didirikannya sebuah bangunan
di Komplek Taman Sari (Istana
di Bawah Air), sekitar 1 km
sebelah barat Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat,
yang dinamakan Sumur
Gumuling. Tempat ini diyakini
sebagai tempat pertemuan
sultan dengan Ratu Pantai
Selatan, Kanjeng Ratu Kidul. Penghayatan mitos Kanjeng
Ratu Kidul tersebut tidak
hanya diyakini dan
dilaksanakan oleh pihak
keraton saja, tapi juga oleh
masyarakat pada umumnya di wilayah kesultanan. Salah satu
buktinya adalah adanya
kepercayaan bahwa jika orang
hilang di Pantai Parangtritis,
maka orang tersebut hilang
karena "diambil" oleh sang Ratu. Selain Keraton Ngayogyakarta
Hadiningrat, mitos Kanjeng
Ratu Kidul juga diyakini oleh
saudara mereka, Keraton
Surakarta Hadiningrat. Dalam
Babad Tanah Jawi memang disebutkan bahwa Kanjeng
Ratu Kidul pernah berjanji
kepada Panembahan Senopati,
penguasa pertama Kerajaan
Mataram, untuk menjaga
Kerajaan Mataram, para sultan, keluarga kerajaan, dan
masyarakat dari malapetaka.
Dan karena kedua keraton
(Yogyakarta dan Surakarta)
memiliki leluhur yang sama
(Kerajaan Mataram), maka seperti halnya Keraton
Yogyakarta, Keraton
Surakarta juga melaksanakan
berbagai bentuk penghayatan
mereka kepada Kanjeng Ratu
Kidul. Salah satunya adalah pementasan tari yang paling
sakral di keraton, Bedoyo
Ketawang, yang
diselenggarakan setahun sekali
pada saat peringatan hari
penobatan para raja. Sembilan orang penari yang mengenakan
pakaian tradisional pengantin
Jawa mengundang Ratu Kidul
untuk datang dan menikahi
susuhunan, dan kabarnya sang
Ratu kemudian secara gaib muncul dalam wujud penari
kesepuluh yang nampak
berkilauan. Kepercayaan terhadap Ratu
Kidul ternyata juga meluas
sampai ke daerah Jawa Barat.
Anda pasti pernah mendengar,
bahwa ada sebuah kamar khusus (nomor 30 di lantai atas Samudera Beach Hotel,
Pelabuhan Ratu, yang disajikan
khusus untuk Ratu Kidul.
Siapapun yang ingin bertemu
dengan sang Ratu, bisa masuk
ke ruangan ini, tapi harus melalui seorang perantara
yang menyajikan persembahan
buat sang Ratu. Pengkhususan
kamar ini adalah salah satu
simbol 'gaib' yang dipakai
oleh mantan presiden Soekarno. Sampai sekarang, di masa yang
sangat modern ini, legenda
Kanjeng Ratu Kidul, atau Nyi
Roro Kidul, atau Ratu Pantai
Selatan, adalah legenda yang
paling spektakuler. Bahkan ketika anda membaca kisah ini,
banyak orang dari Indonesia
atau negara lain mengakui
bahwa mereka telah bertemu
ratu peri yang cantik
mengenakan pakaian tradisional Jawa. Salah satu
orang yang dikabarkan juga
pernah menyaksikan secara
langsung wujud sang Ratu
adalah sang maestro pelukis
Indonesia, (almarhum) Affandi. Pengalamannya itu kemudian ia
tuangkan dalam sebuah lukisan.
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: nyi roro kidul, ratu pantai selatan
Ditulis oleh Unknown
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke http://catatansimungil.blogspot.com/2012/07/nyi-roro-kidul-ratu-pantai-selatan.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.

0 comments:

Post a Comment

Translate

Recent Comments

Designed by Berita Update - Belajar SEO dan Blog | Copyright of Catatan Si Mungil.