Pengertian Dan Manfaat Keterampilan Berbahasa

Posted by Unknown Monday, December 10, 2012 0 comments

PENGERTIAN DAN MANFAAT KETERAMPILAN BERBAHASA

Dalam berkomunikasi kita menggunakan keterampilan berbahasa yang telah kita miliki,meskipun setiap orang memiliki tingkatan atau kualitas yang berbeda. Orang yang memiliki keterampilan berbahasa secara optimal setiap tujuan komunikasinya dapat dengan mudah tercapai. Sedangkan bagi orang yang memiliki tingkatan keterampilan berbahasa yang sangat lemah,sehingga bukan tujauannyayangtercapai tetapi kemungkinan terjadi kesalah pahaman yang hanya akan membuat suasana mejadi tidak diharapkan.

            Keterampilan berbahasa sangat kompleksdanluas. Bila kita cermati lebih jauh hampir setiap bidang kehidupan manusia tidak pernah luput dari aspek kebahasaan. Memang, dalam hubungannya dengan fungsi bahasa sebagai alat komunikasi, setiap bidang kehidupan tidak pernah lepas dari peranan bahasa ini. Bahasa harus komunikatif. Ini berarti mudah dipahami oleh pemakai bahasa sebagai pemberidanpenerima pesan.
Penyajian materi ini dilatarbelakangi oleh suatu kenyataan bahwa keterampilan berbahasa sangat penting dalam kehidupan sehari-hari.

            Dalam kajian akademikdanreferensi-referensi ilmiah lainnya, untuk memudahkan pengkajiannya maka ruang lingkupnya dikelompokkan ke dalam empat aspek, yakni:
·
        Keterampilan menyimak
·
        keterampilan berbicara
·
        keterampilan menulis
·
        keterampilan membaca
Mari perhatikan kehidupan masyarakat. Anggota-anggota masyarakat saling berhubungan dengan cara berkomunikasi. Komunikasi dapat berupa komunikasi satu arah, dua arah,danmulti arah. Komunikasi satu arah terjadi ketika seseorang mengirim pesan kepada orang lain, sedangkan penerima pesan tidak menanggapi isi pesan tersebut. Misalnya, khotbah jumatdanberita di TV atau radio. Komunikasi dua arah terjadi ketika

pemberi pesandanpenerima pesan saling menanggapi isi pesan. Komunikasi multi arah terjadi ketika pemberi pesandanpenerima pesanyangjumlahnya lebih dari dua orang saling menanggapi isi pesan (Abd. Gofur, 1: 2009)

            Dalam kegiatan komunikasi, pengirim pesan aktif mengirim pesanyangdiformulasikan dalam lambang-lambang berupa bunyi atau tulisan. Proses ini disebut dengan encoding. Selanjutnya si penerima pesan aktif menerjemahkan lambang-lambang tersebut menjadi bermakna sehingga pesan tersebut dapat diterima secara utuh. Proses ini disebut dengan decoding.

LisanTulisan

ReseptifMenyimakMembaca

ProduktifBerbicaraMenulis

·        Aspek Keterampilan Berbahasa bersifat Reseptif ( menerima ) :

a. Menyimak

b. Membaca

·
        Aspek Keterampilan Berbahasa bersifat Produktif ( menghasilkan ) :

a. Berbicara

b. Menulis

1.
     KETERAMPILAN MENYIMAK



Keterampilan menyimak merupakan kegiatanyangpaling awal dilakukan oleh manusia bila dilihat dari proses pemerolehan bahasa. Dalam kehidupan sehari- hari, kegiatan menyimak ini menyita hampir 45% waktu berkomunikasi kita. Hal ini pernah dikemukakan oleh Rankin ( 1929) dalam surveyyangdilakukan mengenai penggunaan waktu untuk ke empat keterampilan berbahasa terhadap 68 orang dari berbagai pekerjaandanjabatan. Selama kira- kira 2 bulan,  ke 68 orang tersebut diamati setiap 15 menit dari hari jaganya. Hasil menunjukkan

:

1.    Menulis    9 %

2.    Membaca    16 %

3.    Berbicara    30%

4.    Menyimak    45%

Secara berturut-turut pemerolehan keterampilan berbahasa itu pada umumnya dimulai dari menyimak, berbicara, membaca,danmenulis. Kegiatan menyimak diawali dengan mendengarkan,danpada akhirnya memahami apayangdisimak. Untuk memahami isibahansimakandiperlukan suatu proses berikut; mendengarkan, mengidentifikasi, menginterpretasi atau menafsirkan, memahami, menilai,danyangterakhir menanggapi apayangdisimak.

mendengarkan yaitu masuknya informasi atau ujaran ke telinga, lalu tahap memahami yaitu kemudian masuk ke otak informasi tersebut dipahami makna secara sempit, lalu tahap menginterpretasi yaitu menafsirkan ujaran secara keseluruhan, dilanjutkan dengan tahap mengevaluasi yaitu menilai informasi tersebut berdasarkan benar atau salah,danterakhir tahap menanggapi yaitu respon berupa reaksi seperti ucapan selamatdanlain-lain. Contohnya ketika orang mendengar seseorangyangmengatakan bahwa sanak keluarganya telah meninggal karena terkena musibah banjir bandang, maka orangyangmendengarkan akan mengerti makna dari ucapan-ucapannyadanmaksudnya, lalu akan timbul rasa simpati sehingga dia mengucapkan “aku turut berduka cita atas peristiwa tersebut”

Oleh karena itu menyimak dapat diartikanproses besar mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi,daninterpretasi untuk mendapatkan informasi, memahami isi pesandanmemahami ujaranyangdisampaikan oleh sang pembicara.

Proses pembelajaran dalam menyimak sendiri memerlukan perhatianyangserius, banyak orang mendefinisikan jika menyimak hampir sama artinya dengan mendengar. Namun pada kenyataannya kegiatan tersebut, sangatlah jauh berbeda. Menurut pendapat Tarigan ( 1994 : 27 ) , “ Pada kegiatan mendengar mungkin si pendengar tidak memahami apayangdidengar. Pada kegiatan mendengarkan sudah ada unsur kesengajaan, tetapi belum diikuti unsur pemahaman karena itu belum menjadi tujuan. Dari definisi Tarigan di atas saja, sudah terlihat bahwa tingkat konsentrasi tinggi seseorang sangatlah dibutuhkan dalam proses menyimak.

suasanamenyimak

·
        bersifatdefensive(bertahan) yaitu bertahan dari ujaran-ujaran sang pembicara, yaitu:

a. evaluatif: ujaran  pembicarayangmemancing penilaian dari penyimak,contoh”saya akan menunjukan kepada anda, apakah anda orangyangpintar atau tidak, orangyangsudah mengerti atau belum, orangyangcukup cerdas atau tidak”

b. mengawasi: ujaranyangmembuat si penyimak mengontrol benar atau tidaknya ujaranyangdisampaikan. Contohnya, teman-teman saya ini adalah orangyangcerdas, berpengalaman luas, baik hati, jujur, tidak mementingkan kepentingan pribadi,danmempunyai jiwa kpemimpinanyangtinggi, sehingga sepantasnya anda memilih saya menjadi ketua BEM di universitas ini, karena saya akan beriusahadanpasti bisa memajukan universitas ini”

c. strategis: ujaran pembicarayangmembuat pendengar memasang kuda-kuda/pertahanan/siasatyangstrategis.Contoh: saudara-saudara sudah lama saya memikirkan bagaimana caranya agar saudara-saudara semua dapat mengatasi musibah ini dengan carayangsaya lakukan. Sudah  tidak ada keraguan lagi carayangsaya lakukan. Oleh sebab itu ikutilah carayangsaya lakukan ini, agar saudara mendapat manfaatdankeuntungan terhindar dari musibah banjir lagi, jangan ragudansangsi lagi, yakinlah untuk mengikuti cara saya.

d. Superior: ujaran pembicara mencerminkan rasa tinggi hati, merasa lebih unggul dari orang lain dalam segala hal.Contoh: kamu harus tau, harus sadar, bahwa kamu tidak ada apa-apanya disbanding aku. Lihat saja akuorang kaya banyak harta sedangkan kamu miskin tidak punya apa-apa, aku selalu berpakaian mahaldankeren sedangkan baju kamu murahdanjelek, lihat wajahmu  yang jelek itu sedangkan wajah  saya ganteng luar biasa, terus aku selalu dihormatidandisegani orang sedangkan kamu hina sekali. Apakah kamu tidak sadar akan  itu semua? Kaudanaku ini bagai langitdanbumi.

e. Netral: ujaran pembicara bersifat netral, tidak memihak golongan atau pihak tertentu.Contoh: saudara-saudara saya tidak pernah memperhatikan msalah mereka, karena bagi saya masalah saya sendiri saja sudah cukup jadi tidak perlu lah mengurusi masalah orang lain.

f. Pastidantentu: ujaran  pembicara membuat penyimak harus memilih salah satu alas anyangtepat atau pasti.Contoh: kamu harus berikan jawabannya sekarang dengan tegasdanjelas! Kamu pilih akau atau dia? Cepat jawab!

·
        Bersifat  suportif: mendukung atau menunjang

a. Deskripsi: ujaran pembicara mendeskripsikan lebih banyak&menginginkan pendengar mengetahui lebih banyak.Contoh: tolong sampaikan kepada saya, kemajuan-kemajuan apalagiyangsudah dicapai sekolah ini: dalam bidang prstasi ekskulnya, prestasi belajarnya, sarana-prasarananya,danbidang ketenagaannya. Saya yakin anda dapat memberikan data-data tersebut, karena anda lebih tahu mengenai hal itu.

b. Orientasi: ujaran pembicara berorientasi terhadap suatau permasalahan&meminta pendengar untuk mengungkapkannya.Contoh: tadi telah saya kemukakan tentang berbagai kemajuan sekolah ini. Sekarang tolong katakana kepada saya menurut anda masalah apa sajayangada baik dalam bidang prestasi ekskul, prestasi belajar, sarana-prasarana,danbidang ketenagaan. Siapa tau msalah itu bisa dipecahkan bersama,danyangtidak akan saya usahakan penjelsannya.

c. Spontanitas: ujaran pembicara bersifat spontanitas/langsung. Hal ini membuat penyimak mudah menangkap isi pembicaraan. Saudara-saudara dewan guru tadi telah saya kemukakan mengenai kesejahteraan guru. Sekarang apayangdapat kita lakukan mengenai kesejahteraan itu, khususnya mengenai kenaikan gaji, pengurangan  jam  mengajar sesuai kondisidankeadaan serta maslah pemutusan/perpanjangan kontrak! Mari kita pikirkan bersama hal ini. Karena tanpa dewan guruyangsejahtera mustahil sekolah ini bisa maju.

d. Empati: ujaran pembicara mencerminkan ketegasan terhadap sesuatu hal.Contoh: kita tidak mau dihina, dicaci, serta dimaki tanpa alasanyangbenar. Kita pasti marah karena ini benar-benar penghinaan besar, dianggap rendah tak bisa apa-apa! Sungguh keji perbuatan mereka itu bukan? Kta tidak mau diperlakukan seperti ini, karena kita makhluk Tuhanyangpunya kedudukan sama di hadapanNya.

e. Ekualitas atau kesetaraan: ujaran pembicara mencerminkan persamaan hak antar sesama.Contoh: saudara-saudara mari kita pikirkan bersama, apayangdapat kita lakukan untuk meningkatkan mutu kwalitas pendidikan di sekolah kita ini.

f. Profesionalisme: ujaran pembicara mencerminkan rasa ketepaandankejelasan suatu hal.Contoh: melihat kemunduran prestasi belajarnya, maka carayangterbaik adalah dengan memberikannya gratis bayaran sekolah! Masalah prestasinya jangan kawatir lagi, semester berikutnya pasti belajardanprestasinya akan kembali meningkat.



Menyimak memiliki jenis-jenis sebagai berikut:

Pengklarifikasian menyimak berdasarkan:

a. Sumber suara

b. Cara penyimakbahanyangdisimak

c. Tujuan menyimak

d. Taraf aktivitas penyimak

 Berdasarkan sumber suarayangdisimak, penyimak dibagi menjadi dua bagian yaitu:

1) Intrapersonal listening atau menyimak intrapribadi

2) Interpersonal listening atau penyimak antar pribadi

 Berdasarkan pada cara penyimakanbahanyangdisimak, dapat diklarifikasikan sebagai berikut:

1) Menyimak ekstensif (extensive listening)

    Menyimak ekstensif ialah kegiatan menyimak tidak memerlukan perhatian, ketentuan,     dan  ketelitian sehingga penyimak hanya memahami seluruh secara garis besarnya saja.

    Menyimak ekstensif meliputi

    a) Menyimak sosial

    b) Menyimak sekunder

    c) Menyimak estetik

2) Menyimak Intensif

    Menyimak intensif adalah kegiatan menyimak dengan penuh perhatian, ketentuandan    ketelitian sehingga penyimak memahami secara mendalam.

    Menyimak intensif meliputi:

    a) Menyimak kritis

    b) Menyimak introgatif

    c) Menyimak penyelidikan

    d) Menyimak kreatif

    e) Menyimak konsentratif

    f) Menyimak selektif

Tujuan menyimak berdasarkan Tidyman&butterfield membedakan  menyimak menjadi:

    a) Menyimak sederhana

    b) Menyimak diskriminatif

    c) Menyimak santai

    d) Menyimak informatif

    e) Menyimak literatur

    f) Menyimak kritis

Berdasarkan pada titik pandang aktivitas penyimak dapat diklarifikasikan:

    a) Kegiatan menyimak bertarap rendah

    b) Kegiatan menyimak bertaraf tinggi

FaktorYangMempengaruhi Keberhasilan Menyimak

1. Unsur Pembicara

    Pembicara haruslah menguasai materi, penuh percaya diri, berbicara sistematisdan    kontak dengan penyimak juga harus bergaya menarik / bervariasi

2. Unsur Materi

    Unsuryangdiberikan haruslah actual, bermanfaat, sistematisdanseimbang

3. Unsur Penyimak/Siswa

    a. Kondisi siswa dalam keadaan baik

    b. Siswa harus berkonsentrasi

    c. Adanya minat siswa dalam menyimak

    d. Penyimak harus berpengalaman luas

4. Unsur Situasi

    a. Waktu penyimakan

    b. Saran unsur pendukung

    c.Suasanalingkungan

Gangguan-gangguan menyimak:

1)  dari dalam: berupa fikiran-fikiran dari si penyimak sendiri, Keegosentrisan, Keengganan ikut terlibat, Ketakutan akan perubahan, Keinginan menghindari pertanyaan, Puas terhadap penampilan eksternal, Pertimbanganyangpremature, Kebingungan semantik.

2) dari luar: karena hujan, berisik, suara mobil, dll. Cara pencegahannya adlah konsentrasilah pada ujaran-ujaran sang pembicara agar butir-butir pesan dapat ditangkap, dicerna,dandipahami.

Tujuan atau fungsi menyimak:

a. Untuk belajar,contohsaat belajar di kelas, seminar, kuliah, dll

b. Untuk menikmati keindahan audial,contohmendengarkan lagu di aradio, suara burung, suara qori, dll

c. Untuk mengevaluasi,contohdipersidangan, diskusi, dll

d. Untuk mengapresiasi, yaitu menyimak agar dia dapat menikmati serta menghargai apa-apayangdisimaknya itu.contohsetelah membaca novel timbul rasa suka pada penulisnya, pembacaan puisi, cerita, musikdanlagu.

e. Untuk mengkomunikasikan ide-ide,contohdiskusi

f. Untuk membedakan bunyi-bunyi dgn tepat,contohsaat mengajar membaca Al-quran

g. Untuk memecahkan masalah,contohberbicara dengan psikolog, guru agama.

h. Untuk meyakinkan, untuk meyakinkan diri sendiri.

Menyimak tidak hanya pada ujaran tetapi juga pada gerakan, penglihatan,danperasaan juga termasuk menyimak. Menyimak ini yaitu dengan mencari petunjuk-petunjuk non verbal seperti gaya, mimic, gerak-gerik,dangerakan pembicara merupakan bagainyangvital dari pesannya. Bersiap-siap pada tanda non verbal ini akan mambantu memahami bagaimana gagsan itu terasa bagi pembicara. Akan membatu juga menilai ketulusan hari, kejujuran, pendirian,danintegritas umum pembicarayangmungkin saja mempunyai kepentingan khusus dalam menyimak kritis. Contohnya dalam debat, atau dipersidangan.

2.
     KETERAMPILAN MEMBACA



Membaca adalah proses pemahaman terhadap lambang-lambang tulisan

yangdiungkapkan penulis melalui sebuah bacaan. Membaca merupakan salah satu kegiatan untuk mendapatkan informasi. Pada umumnya membaca bertujuan memahami isi wacana atau bacaan. Pada awalnya membaca merupakan proses sensoris. Isyaratdanrangsangan aktivitas membaca masuk melalui indra penglihatan, atau rabaan tangan untuk tunanetra. Penglihatan adalah alat untuk menyerap informasi tulisdanmeneruskannya ke otak. Kemudian otak mengolah informasi tersebut. Oleh karena itu, betapa pun cerdasdansiapnya seseorang, tatkala ada gangguan pada kedua inderanya itu, dia akan kesulitan untuk mengenali tulisandanmemahami maknanya. Kemampuan sensoris ini merupakan prasarat awal untuk dapat mendeteksi huruf atau rangkaian huruf, tanda baca,danberbagai lambang tulis lainnya.

Lambang tulis itu memberikan rangsangan kepada pembaca untuk menanggapinya dengan maknayangberada di balik symbol-simbol tulis tersebut. Namun demikian, pemaknaan itu tidak semata-mata diperoleh dari lambing itu. Pembaca memaknai lambang tulis itu ketika melakukan aktivitas baca berdasarkan pengetahuannya tentang bahasa tulis, latar

 belakang budaya, kematangandankepribadiannya. Oleh karena itu tidak heran jika prosesdanhasil baca tulisan dapat berbeda satu sama lain.

Sebenarnya kegiatan membaca ini biasa juga disebut sebagai tindakan aktif karena pembaca aktif membangun makna, menerima, menolak, membandingkan,danmeyakini isi informasi dalam tulisan.

Hakikat Membaca

Ada sebuah pepatah lamayangmengatakan, “Buku adalah Gudang Ilmu”. Untuk mengakses atau memasuki gudang ilmu itu kita memerlukan sebuah kunci. Membaca inilahyangmerupakan kunci untuk membuka gudang ilmu pengetahuanyangakan kita serap.

Seorang filsuf dari Cina Lin Yut ‘Ang mengatakan bahwa seorangyangtidak memiliki kebiasaan membaca ia akan terpenjara dari segi ruangdanwaktu.

 Ia hanya akan mengetahui apayangada di sekitar dirinya. Danorang tersebut juga tidak akan mampu mengakses informasi-informasi masa silam serta prediksi-prediksi masa depan.

Sebaliknya orangyangmemiliki kebiasaan membaca akan dapat berkomunikasi dengan pemikir-pemikir besar dunia, yangbahkan berasal dari dimensi waktudanruangyangjauh berbeda. Dengan membaca kita bisa menggaul-akrabi pemikiran-pemikiran Socrates, Aristoteles, Albert Kasmus,danbahkan Plato.

Hakekat kegiatan membaca adalah pemahaman. Teknik apapunyangdianjurkan oleh para pakar linguis, pada akhirnya kita sebagai pelaku kegiatan membaca dituntut untuk bisa memahami isi bacaanyangkita baca. Membaca tanpa pemahaman adalah sia-sia.

Membaca ada dua tingkatan:

a.    Membaca Tingkat Dasar

Kemampuan menyuarakan lambing-lambang tulisanyangdisampaikan penulisnya.

b.    Membaca Tingkat Lanjut

Kemampuan memahami lambing-lambang tulisanyangdiungkapkan penulisnya melalui sebuah bacaan.

Jenis-jenis membaca ini antara lain:

Ditinjau dari terdengar atau tidaknya suara sewaktu membaca, makna proses membaca dapat dibagi sebagai berikut:

1.   Membaca nyaring

Membaca nyaring adalah cara membaca dengan bersuara atau cara     membacayangdilakukan dengan lisan.

2.   Membaca dalam hati (silent reading)

Membaca dalam hati adalah cara membacayangdilakukan dengan tidak   dikeraskan,yanghanya menggunakan kegiatan visual.

Pada saat membaca dalam hati, perlu diperhatikan:

1.   Mata kita gunakan untuk melihatdanmenyapu halaman-halaman bacaan      dengan cepat.

2.   Ingatan berperan sebagai penyimpanandanpenyaring isi bacaanyangkita tangkap lewat mata.

Berdasarkan tujuannya, membaca diklasifikasikan sebagai berikut:

Membaca Ekstensif

Membaca ekstensif merupakan cara membacayangdilakukan terhadap sebanyak-banyaknya teks dalam waktuyangsesingkat-singkatnya.

Tujuan membaca ekstensif adalah

a. Untuk memperoleh pemahaman umum, atau

b. Untuk menemukan hal tertentu dari suatu teks.

Secara umum membaca ekstensif dilakukan dengan langkah-langkah berikut:

a.       Mensurvey halaman judul, kata pengantar, daftar isi,danindeks.

b.       Men-skim halaman demi halaman teks dengan cepat Untuk menemukan gagasan pokok dari halaman-halaman teks itu atau

c.        Melirik setiap halaman teks hanya untuk menemukan kata atau keterangan tertentuyangdiinginkan.

Membaca Intensif

Membaca intensif merupakan cara membacayangdilakukan secara seksama terhadap rincian-rincian suatu teks atau bacaan.

Berdasarkan tingkat kecepatannya, membaca terbagi ke dalam beberapa jenis.

Membaca reguler

Membaca reguler adalah cara membaca dengan kecepatan relatif lambat. Cara ini dilakukan dengan membaca baris demi baris.

Membaca sekilas

Membaca sekilas dilakukan melihat secara sekilas bagian-bagian teks, terutama judul, daftar isi, kata pengantar, atau hal-hal umum lainnya.

Membaca cepat (skimming)

Membaca cepat dilakukan dengan lebih cepat. Pandangan mata langsung meluncur, menyapu halaman-halaman teks. Teknik ini digunakan ketika membaca surat kabar dengan tujuan untuk,

a. Mencari angka-angka statistik.

b. Melihat acara siaran televisi,dan

c. Melihat daftar perjalanan kereta api

Di samping itu, cara membaca ini tepat juga digunakan ketika: a) mencari nomor telepon, b) mencari kata pada kamus, c) mencari arti pada indeks

Membaca kecepatan tinggi (warp speed)

Adalah cara membaca suatu teks dengan kecepatan tinggi dengan disertai pemahamanyangtinggi pula.

Untuk mengukur kecepatan membaca, seorang pembaca harus mencocokkan tabel berikut ini.

WaktuKecepatan Membaca (Kata/Menit)

1 menit 00 detik

1 menit 10 detik

1 menit 20 detik

1 menit 30 detik

1 menit 40 detik

2 menit 00 detik

2 menit 10 detik

2 menit 20 detik

2 menit 30 detik

2 menit 40 detik

2 menit 50 detik

3 menit 00 detik

3 menit 10 detik

3 menit 20 detik

3 menit 30 detik

3 menit 40 detik

3 menit 50 detik

4 menit 00 detik

589

505

442

382

321

295

272

252

236

221

208

196

186

177

168

161

153

147

 FaktorYang Mempengaruhi Keberhasilan Membaca

1.    Kadang kita terjebak dalam penilaian diri sendiri saat membaca. Rasanya memahamiyangAnda baca, tetapi ketika harus mengungkapkan kembali ternyata masih banyak

 yangbelum paham dan bahkan terlupakan.

2.    Sebenarnya beberapa wancana tidaklah terlalu sukar. Karenanya, waktu tempuh baca Anda seharusnya tidak terlalu lama.

3.    Kalau Anda membaca tanpa tujuan, bi`sanya perhatian terhadap bacaan kurang terfokus.

 Keadaan ini membuat kita kesulitan menangkap ide-ide penting bacaan.

4.    Kalau Anda membaca teks, huruf demi huruf, kata demi kata, atau kalimat demi kalimat, ditambah lagi sewaktu membaca mulut Anda bersuara atau bergumam, bibir bergerak-gerak, atau kepala bergerak ke kiridanke kanan, maka kemungkinan Anda akan menghabiskan banyak waktu dalam menyelesaikan bacaan. Dengan demikian Anda dapat dikategorikan sebagai pembacayanglambat.

5.    Kesulitan lain dapat muncul dalam hal konsentrasi, membaca balik bagian-bagianyangsemestinya sudah dibaca, sukar menangkap gagasan utama, kesulitan mengingat bagian-bagian pentingyangtelah dibaca,dansebagainya.

3.
     KETERAMPILAN BERBICARA



Keterampilan berbicara adalah kemampuan mengekspresikan pikiran atau ide melalui lambang-lambang bunyi. Seorang pembicarayanghandaldanterlatih mampu memilih kata-katayangefektif,dan

 gaya yangtepat sehingga mudah dipahamidanbahkan dapat memukau pendengarnya.

Seorang ahli pidato (orator) tentulahcontohdari pembicarayanghandal. Presiden kitayangpertama, Bapak Soekarno merupakancontohpembicara (orator)yanghandal. Melalui pilihan kata-katanya, gaya bicaranya, alunan olah vokalnya, sehingga mampu memukau pendengarnya untuk tetap menantinya sampai ucapan kata-kata terakhirnya.

Lain halnya bilayangkita dengar dari pembicarayangmiskin gaya bahasa, pilihan katanyayangmonoton, kurang wawasan,dantidak focus, tentulah pendengar cenderung bosan untuk mengapresiasi pembicaraannya.

Keterampilan berbicara menunjang keterampilan bahasa lainnya. Pembicarayangbaik mampu memberikancontohagar dapat ditiru oleh penyimakyangbaik. Pembicarayangbaik mampu memudahkan penyimak untuk menangkap pembicaraanyangdisampaikan.

Manusia adalah mahluk sosial. Manusia baru akan menjadi manusia bila ia hidup dalam lingkungan manusia. Kesadaran betapa pentingnya berbicara dalam kehidupan manusia dalam bermasyarakat dapat mewujudkan bermacam aneka bentuk. Lingkungan terkecil adalah keluarga, dapat pula dalam bentuk lain seperti perkumpulan sosial, agama, kesenian, olah raga,dansebagainya.

Setiap manusia dituntut terampil berkomunikasi, terampil menyatakan pikiran, gagasan, ide,danperasaan. Terampil menangkap informasi-informasiyangdidapat,danterampil pula menyampaikan informasi-informasiyangditerimanya.

Kehidupan manusia setiap hari dihadapkan dalam berbagai kegiatanyangmenuntut keterampilan berbicara. Contohnya dalam lingkungan keluarga, dialog selalu terjadi, antara ayahdanibu, orang tuadananak,danantara anak-anak itu sendiri.

Di luar lingkungan keluarga juga terjadi pembicaraan antara tetangga dengan tetangga, antar teman sepermainan, rekan kerja, teman perkuliahandansebagainya. Terjadi pula pembicaraan di pasar, di swalayan, di pertemuan-pertemuan, bahkan terkadang terjadi adu argumentasi dalam suatu forum. Semua situasi tersebut menuntut agar kita mampu terampil berbicara.

Berbicara berperan penting dalam pendidikan keluarga. Tata krama dalam pergaulan diajarkan secara lisan. Adat kebiasaan, norma-normayangberlaku juga seringkali diajarkan secara lisan. Hal ini berlaku dalam masyarakat tradisional maupun masyarakat modern.

Macam-Macam Kegiatan Berbicara Di Depan Umum

Berdasarkan lingkup situasinya ada dua macam kegiatan berbicara di depan umum, yakni:

a.
    Lingkup Resmi: adalah lingkup Dinasyangmemiliki kelayakandanformalitas tertentu. Dalam lingkup ini ada aturan tertentuyangrelative lebih ketat, misalnya pakaian, situasi, tema, kosa kata,dan

 gaya berbicara dikemas dalam lingkup resmi.

Contoh: Berpidato.

b.
    Lingkup NonResmi: adalah lingkup di mana kegiatan berbicara lebih banyak kelonggarannya. Situasinya lebih familier, bahasanya bebas, pakaiannya tidak diatur, demikian pula formatdan

 gaya pembicaraannya.

        Contoh: Ceramah

Cakupan Berbicara

Berdasarkan kegiatan komunikasi lisan, cakupan kegiatan berbicara sangat luas. Daerah cakupan itu membentang dari komunikasi lisanyangbersifat informal sampai kegiatan komunikasi lisanyangbersifat formal. Semua kegiatan komunikasi lisanyangmelibatkan pembicaradanpendengar termasuk daerah cakupan berbicara.

Daerah cakupan berbicara meliputi kegiatan komunikasi lisan sebagai berikut,

(1)
     berceramah,

(2)
     berdebat,

(3)
     bercakap-cakap,

(4)
     berkhotbah,

(5)
     bertelepon,

(6)
     bercerita,

(7)
     berpidato,

(8)
     bertukar pikiran,

(9)
     bertanya,

(10)
 bermain peran,

(11)
 berwawancara,

(12)
 berdiskusi,

(13)
 berkampanye,

(14)
 menyampaikan sambutan, selamat, pesan,

(15)
 melaporkan,

(16)
 menanggapi,

(17)
 menyanggah pendapat,

(18)
 menolak permintaan, tawaran, ajakan,

(19)
 menjawab pertanyan,

(20)
 menyatakan sikap,

(21)
 menginformasikan,

(22)
 membahas,

(23)
 melisankan (isi drama, cerpen, puisi, bacaan),

(24)
 menguraikan cara membuat sesuatu,

(25)
 menawarkan sesuatu,

(26)
 meminta maaf,

(27)
 memberi petunjuk,

(28)
 memperkenalkan diri,

(29)
 menyapa,

(30)
 mengajak,

(31)
 mengundang,

(32)
 memperingatkan,

(33)
 mengoreksi,

(34)
 tanya-jawab.

Hal-HalYangHarus Diperhatikan Oleh Pembicara

Baik penceramah maupun orator (ahli pidato),yangingin sukses dalam kegiatan berbicara harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a.    Internal:

٭ Vokal : 1. tidak monoton,

              2. jelas bervariasi,

              3. sesuai dengan karakter materi.

٭ Penampilan : 1. menarik simpati pendengar,

                       2. membina kontak mata dengan pendengar,

                       3. mimiek, ekspresiyangtidak berlebihan,

                       4. gerakan anggota tubuhyangsesuai.

٭ Materi : 1. menguasai materi,

               2. sesuai dengan tingkat pendengar,

               3. penyampaian harus sistematis,

               4. disertai dengancontohyang“segar”

b.    Eksternal:

٭ Menganalisa Pendengar:

1.    Usia pendengar,

2.    Tingkat pendidikan pendengar,

3.    Gender (kalau perlu),

4.    Latar Budaya.

5.    Jumlah pendengar

      ٭ Situasi pembicaraan:

1.    Formal atau nonformal,

2.    waktu: pagi, siang, sore, malam.

3.    Tempat, in door, out door.

Langkah-LangkahYangHarus Dipersiapkan Oleh Pembicara:

Sebelum kegiatan berbicara di depan umum dilaksanakan, ada beberapa pedomanyangharus dipertimbangkan:

1.    Tentukan tema pembicaraan,

Tema harus menarik, membangkitkan rasa ingin tahu, original, kekinian/ tidak usang.

2.    Mencaridanmempersiapkan materi / literature pemandu untuk menambah bobot pembicaraan. Jangan pernah membicarakan hal-halyangAnda sendiri tidak memahaminya, karena Anda akan terlihat ‘bodoh’dankurang wawasan.

3.    Siapkan drafdankisi-kisi pembicaraan secara sistematis. Ini akan mencerminkan pola pikir Andayangteratur.

4.    Susun naskah pembicaraanyanglengkap.

5.    Latihanlah dengan cara membacadanberimprovisasi secara berulang-ulang.

6.    Mintalah masukan/ pendapat dari teman tentang latihan penampilan Anda.

7.    Anda siap menjadi pembicarayang‘handal’.                          

4.
     KETERAMPILAN MENULIS



Kalau kita berbicara masalah sejarahdanpentingnya sebuah tulisan, tentunya kita sepakat bahwa sampai sekarang belum ditemukan secara pasti kapan sebuah tulisan itu ditemukan. Akan tetapi, apabila kita membicarakan masalah pentingnya sebuah tulisan, tentunya kita bisa menjawab sebagaibahanreferensi,bahandokumentasi, sumber ilmu,danmasih banyak lagi. Al-Quran pun masih tetap terjaga keaslihannya sampai saat ini karena adanya tulisan.

Sejarah suatu bangsa, sejarah manusia, sejarah sebuah ilmu pengetahuan, dapat diketahui karena adanya tulisan, meskipun pada saat itu bentukdanmedia tulisan tidak secanggih saat ini. Kita bisa menemukan sejarah suatu bangsa dari tulisan-tulisan pada bebatuan, kulit kayu, maupun daun lontar. Misteri sejarah Mesir Kuno pun terkuak ketika pada tahun 1799, seorang serdadu Perancis menemukan sebuah batu bertulis di dusun Roseta tidak jauh dari muara Sungai Nil.

      Menulis merupakan sebuah kegiatan menuangkan pikiran, gagasan,danperasaan seseorangyangdiungkapkan dalam bahasa tulis. Menulis merupakan kegiatan untuk menyatakan pikirandanperasaan dalam bentuk tulisanyangdiharapkan dapat dipahami oleh pembaca dengan berfungsi sebagai alat komunikasi secara tidak langsung. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa menulis merupakan kegiatan seseorang untuk menyampaikan gagasan kepada pembaca dalam bahasa tulis agar bisa dipahami oleh pembaca. Seorang penulis harus memperhatikan kemampuandankebutuhan pembacanya.

            Kegiatan menulis sangat penting dalam pendidikan karena dapat membantu siswa berlatih berpikir, mengungkapkan gagasan,danmemecahkan masalah. Menulis adalah suatu bentuk berpikir,yangjuga merupakan alat untuk membuat orang lain (pembaca) berpikir. Dengan menulis, seseorang siswa mampu mengkonstruk berbagai ilmu atau pengetahuanyangdimiliki dalam sebuah tulisan, baik dalam bentuk esai, artikel, laporan ilmiah, cerpen, puisi,dansebagainya.

            Seorang penulis tidak saja harus menguasai prinsip-prinsip menulis, berwawasandanberpengetahuan luas (memadai), menguasai kaidah-kaidah bahasa, terampil menyusun kalimat dalam sebuah paragraf, tetapi juga harus mengetahui prinsip-prinsip berpikir. Penulis harus memiliki berbagai informasi tentang apayangakan ditulis. Informasi tersebut dapat diperoleh dari membacadanmendengarkan dari berbagai sumberdanmedia informasi. Tidak ada seorang penulis punyang malas membaca.

pada sekitar tahun 845 M, para pemikir muslim telah banyak menghasilkan sebuah tulisan karena kegilaannya membaca. Ambil sajacontohAr-Razi sebagai peletak dasar ilmu kimiayangtelah menghasilkan lebih dari 220 judul buku. Begitu juga Ibnu Tamiyahyangtidak mau sedikit pun waktunya hilang hanya karena harus buang air besar. Beliau meminta muridnya untuk membacakan sebuah buku dengan suara nyaring ketika beliau berlama-lama di kamar kecil. Melalui kegetolannya dalam membaca, beliau berhasil menulis buku berjudul Al-Aqidah A-Wa’sithyiyyah.

Keterampilan menulis adalah kemampuan mengekspresikan pikiran melalui lambang-lambang tulisan. Keterampilan menulis ini termasuk ke dalam jenis

keterampilan aktif, karena penulis aktif mengolah pesan (informasi)yangingin disampaikan kepada pembaca.

keterampilan ini relative lebih sulit karena melibatkan olah pikir, pilihan kata, susunan bahasa, gaya kepenulisan sehingga tidak terjadi “mis komunikasi” antara penulisdanpembacanya.

Dalam pelajaran Bahasa Indonesia, ada perbedaanyangmendasar antara menulis dengan mengarang:

a.    Menulis: mengekspresikan pikiran melalui media tulisandanbersifat ilmiah.

b.    Mengarang: mengekspresikan pikiran melalui media tulisandanbersifat fiktif imajinatif.

Tujuan  Menulis

        Kalau Anda ingin menjadi seorang penulis, Anda tidak boleh egois. Anda tidak boleh  hanya berpikir ,siapa saya ?  Misalnya, mentang-mentang penulisnya seorang doktor, dia banyak menggunakan  istilah-istilah asing dalam  tulisannya. Dia juga senang menggunakan kalimat-kalimat kompleks agar terkesan  rumit. Padahal, dia sedang menulis tentang sebuah topikyangdiperuntukkan pembaca pada tingkat anak-anak. Tentunya, tulisan  yangdihasilkan akan sulit dimengerti oleh pembacanya. Ingat, seorang penulis setidak-tidaknya memperhatikan tiga hal dalam  tulisannya, yaitu: (1) unsur informatif, (2) unsur pendidikan,dan(3) unsur hiburan. Dengan memperhatikan ketiga hal tersebut diharapkan sebuah tulisan dapat digemari oleh pembacanya.

       Sebuah tulisanyangbaik harus disesuaikan dengan berbagai situasi. Situasiyangdimaksud meliputi:

a. tujuan  menulis (perubahanyangdiharapkan terjadi pada diri pembaca);

b. keadaandan tingkat  kemampuan pembaca (kelompok usia, terpelajar/tidak terpelajar,     pebisnis atau bukan);

c. keadaanyangterlibat dalam penulisan (waktu, tempat, kejadian atau peristiwa, masalah     yangmemerlukan pemecahan,dansebagainya.

      

Tujuan  menulis itu bermacam-macam bergantung  pada ragam  tulisan. Secara umum, tujuan  menulis dapat dikategorikan sebagai berikut.

a. Memberitahukan atau menjelaskan

            Tulisanyangbertujuan memberitahukan atau menjelaskan sesuatu biasa disebut dengan karangan eksposisi. Karangan eksposisi adalah karanganyangberusaha untuk menjelaskan sesuatu kepada pembaca dengan menunjukkan berbagai bukti-bukti konkret dengan tujuan untuk menambah pengetahuan pembaca. Pembacayangbelum mengenal pesawat tempur F 16 akan memahami tentang jenis pesawat ini setelah membaca karangan dengan judul Kecanggihan Pesawat F 16.Contohlain karangan eksposisi, misalnya Proses Pembuatan Tempe, Peran Pelajar di era Global,danFungsi Teknologi Informasi bagi Siswa.

b. Meyakinkan atau mendesak

            Pernahkah Anda mendengar kalimat dalam sebuah diskusi kelas ‘Apa argumen Saudara?’ Arti argumen tersebut adalah alasan untuk meyakinkan seseorang. Alasan tersebut bisa berupa uraian, angka-angka, tabel, grafik,dancontoh-contoh. Dengan demikian tujuan tulisan ini adalah meyakinkan pembaca bahwa apayangdisampaikan penulis benar sehingga penulis berharap pembaca mau mengikuti pendapat penulis.Contohkarangan iniyangbisa siswa buat misalnya Jadilah Siswa Sukses, Beralihlah ke Quantum Learning,dansebagainya.

c. Menceritakan Sesuatu

            Tulisanyangbertujuan untuk menceritakan suatu kejadian kepada pembaca disebut dengan karangan narasi. Karangan narasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu  narasi ekspositoris (nyata)dannarasi sugestif (fiksi). Narasi ekspositoris misalnya sejarah, biografi,danotobiografi, sedangkan narasi sugestif misalnya cerpen, novel,danlegenda.Contohkarangan narasi ekspositoris misalnya Peperangan Pangeran Diponegoro, Kisah Sukses Seorang Habibie, Sejarah Berdirinya SMA X, sedangkan narasi sugestif misalnya Robohnya Surau Kami, Legenda Suroboyo,danSi Malin Kundang.

d. Mempengaruhi Pembaca

            Mungkin Anda pernah membaca janji-janjiyangdisampaikan oleh juru kampanye pada surat kabar atau majalah. Atau mungkin, Anda pernah membaca sebuah iklan dalam surat kabar atau majalah. Apayangdisampaikan juru kampanyedanpemasang iklan itu bertujaun untuk mempengaruhi atau membujuk pembaca agar pembaca mengikuti kehendak penulis dengan menampilkan bukti-buktiyangsifatnya emosi (tidak nyata). Kalimat-kalimat Pakailah Dove, maka kulit Anda akan putih dalam tiga minggu; atau Selalulah menggunakan pensil 2 B karena dengan pensil 2 B Anda pasti lulus UN merupakan kalimatyangingin mempengaruhi pembaca. Kalimat tersebut bersifat persuasif sehingga disebut dengan karangan persuasi.

e. Mengambarkan Sesuatu

   &nbrp;        Penulis karangan deskripsi tak ubahnya seorang pelukis.Yangmembedakan keduanya adalah mediayangdigunakan, yaitu penadankanvas. Penulis karangan deskripsi bertujuan agar pembaca seolah-olah ikut merasa, melihat, meraba,danmenikmati objekyangdilukiskan penulis. Seseorang bisa seolah-olah melihatdanmerasakan eloknya sebuah kantor pos setelah dia membaca karangan deskripsi dengan judul Keelokan Kantor Pos di Chicago. Perhatikancontohkarangan deskripsi berikut!

            Kamar tidurku tidaklah begitu luas. Ukurannya hanya 3 x 4 meter. Pintu kamarku berada di depan ruang keluarga. Kalau Anda masuk, sebelah kiri pintu tampaklah meja belajar. Di dalamnya terdapat sebuah ranjang berukiryangterbuat dari besi dengan  kasuryangditutupi seprai berwarna merah jambu. Sebelah kanan tempat tidur tampak sebuah lemari pakaian.

            Dalam kenyataannya, pengungkapan suatu tujuan dalam sebuah tulisan tidak dapat secara ketat, melainkan sering bersinggungan dengan tujuan-tujuanyanglain. Akan tetapi, biasanya dapat diusahakan ada satu tujuanyangdominan dalam sebuah tulisanyangmemberi nama keseluruhan tulisan atau karangan tersebut.

            Ditinjau dari sudut kepentingan pengarang, menulis memiliki beberapa tujuan, yaitu sebagai berikut.

a. tujuan penugasan

            Pada umumnya para pelajar menulis sebuah karangan dengan tujuan untuk memenuhi tugasyangdiberikan oleh guru atau sebuah lembaga. Bentuk tulisan ini biasanya berupa makalah, laporan, ataupun karangan bebas.

b. tujuan estetis

            Para sastrawan pada umumnya menulis dengan tujuan untuk menciptakan sebuah keindahan dalam sebuah puisi, cerpen, maupun novel. Untuk itu, penulis pada umumnya memperhatikan benar pilihan kata atau diksi serta penggunaan gaya bahasa. Kemampuan penulis dalam mempermainkan kata sangat dibutuhkan dalam tulisanyangmemiliki tujuan estetis.

c. tujuan penerangan

            Surat kabar maupun majalah merupakan salah satu mediayangberisi tulisan dengan tujuan penerangan. Tujuan utama penulis membuat tulisan adalah untuk memberi informasi kepada pembaca.

d. tujuan pernyataan diri

            Anda mungkin pernah membuat surat pernyataan untuk tidak melakukan pelanggaran lagi, atau mungkin menulis surat perjanjian. Apabila itu benar, berarti Anda menulis dengan tujuan untuk menegaskan tentang apayangtelah diperbuat. Bentuk tulisan ini misalnya surat perjanjian maupun surat pernyataan.

e. tujuan kreatif

            Menulis sebenarnya selalu berhubungan dengan proses kreatif, terutama dalam menulis karya sastra, baik itu berbentuk puisi maupun prosa. Anda harus menggunakan daya imajinasi secara maksimal ketika mengembangkan tulisan, mulai dalam mengembangkan penokohan, melukiskan setting, maupunyanglain.

f. tujuan Konsumtif

            Ada kalanya sebuah tulisan diselesaikan untuk dijualdandikonsumsi oleh para pembaca. Penulis lebih mementingkan kepuasan pada diri pembaca. Penulis lebih berorientasi pada bisnis. Salah satu bentuk tulisan ini adalah novel-novel populer karya Fredy atau Mira W., atauyanglainnya.

Bagaimana TulisanyangBaik?

            Pada prinsipnya, setiap penulis mengharapkan agar pembaca memberikan responsyangbaik terhadap karyanya. Oleh sebab itu, mau tidak mau, penulis harus berusaha agar mampu menyajikan tulisannya dengan menarikdanmudah dipahami dengan harapan bukuyangditulis laku keras di pasaran atau bestseller. Untuk menjadikan bukuyangkita tulis menjadi bukuyangbestseller tentunya tidaklah mudah. Ada beberapa syaratyangharus dipenuhi.

Adapun ciri-ciri tulisanyangbaik adalah  sebagai berikut.

a. Tulisan merupakan hasil rakitan dari berbagaibahanatau pengetahuanyangdimiliki oleh     penulis. Tulisan bukan hanya sekadar tempelan-tempelanbahanyangdiperoleh penulis     dari berbagai literatur ataubahanbacaan. Apabila ini terjadi, penulis bukan sebagai     perakit, tetapi hanyalah sebagai pemulung. Bukuyanghanya terkesan sebagai tempelan     bahanbukan merupakan tulisanyangbaik. Tulisan tidak lancardanseakan-akan     terpotong-potong mengakibatkan ketidakutuhan sebuah tulisan.

b. Mencerminkan kemampuan penulis untuk menulis dengan jelasdantidak samar-samar,     memanfaatkan struktur kalimat dengan tepat,danmembericontoh-contohyang    diperlukan sehingga maknanya sesuai denganyangdiinginkan oleh penulis. Dengan     demikian, pembaca tidak perlu bersusah-susah memahami maknayangtersuratdan    tersirat dalam sebuah tulisan.

c. Mencerminkan kemampuan penulis untuk menulis secara meyakinkan, menarik minat     pembaca terhadap pokok pembicaraan, serta mendemontrasikan suatu pengertianyang    masuk akal. Dalam hal ini haruslah dihindari penyusunan kata-katadanpengulangan     hal-halyangtidak perlu. Setiap kata haruslah menunjang pengertianyangsesuai dengan     yangdiinginkan oleh penulis.

d. Mencerminkan kemampuan penulis untuk mengkritisi masalah tulisannyayangpertama     serta memperbaikinya. Seorang penulis hendaknya bersediadanmampu merevisi     naskah pertamanya.

e. Mencerminkan kebanggaan penulis terhadap naskahyangdihasilkan. Penulis harus     mampu mempergunakan ejaandantanda baca secara saksama, memeriksa makna kata     danhubungan ketatabahasaan dalam kalimat-kalimat sebelum menyajikan  kepada para pembaca. Penulisyangbaik menyadari benar-benar bahwa hal-hal kecil     seperti itu dapat memberi akibatyangkurang baik terhadap karyanya.

Secara singkat, ciri-ciri tulisanyangbaik sebagai berikut.

a. Jujur             : Jangan mencoba untuk memalsukan gagasan atau sebuah ide karena  Anda kurang memiliki pengetahuanyangcukup terhadap apayang akan Anda tulis.

b. Jelas              : Jangan   membingungkan   para   pembaca  dengan   kalimat - kalimat                            kompleksdanpenjelasanyangbertele-tele.

c. Singkat          : Jangan   memboroskan  waktu  para   pembaca  dengan  penjelasan -                            penjelasanyangdirasa tidak perlu.

d. tidak monoton : Jangan menggunakan kalimatyangberpola sama. Panjang kalimatyang                           bervariasi dapat menghin dari kebosanan  pada diri pembaca.

HUBUNGAN ANTAR KEEMPAT KETERAMPILAN BERBAHASA

1.   Hubungan Menyimak dengan Berbicara

            Menyimakdanberbicara merupakan kegiatan komunikasi dua arahyanglangsung. Menyimak bersifat reseptif, sedangkan berbicara bersifat produktif. Misalnya, komunikasiyangterjadi antar teman, antara pembelidanpenjual atau dalam suatu diskusi di kelas. Dalam hal ini A berbicaradanB mendengarkan. Setelah itu giliran ByangberbicaradanA mendengarkan. Namun ada pula dalam suatu konteks bahwa komunikasi itu terjadi dalam situasi noninteraktif, yaitu satu pihak sajayangberbicaradanpihak lain hanya mendengarkan. Misalnya Khotbah di masjid, dimana pemceramah menyampaikan ceramahnya, sedangkanyanglainnya hanya mendengarkan.

2.   Hubungan MenyimakdanMembaca

            Menyimakdanmembaca sama-sama merupakan keterampilan berbahasayangbersifat reseptif. Menyimak berkaitan dengan penggunaan bahasa ragam lisan, sedangkan membaca merupakan aktivitas berbahasa ragam tulis. Penyimak maupun pembaca malakukan aktivitas pengidentifikasian terhadap unsure-unsur bahasayangberupa suara (menyimak), maupun berupa tulisan (membaca)yangselanjutnya diikuti diikuti dengan proses decoding guna memperoleh pesanyangberupa konsep, ide, atau informasi.

Prof. Dr. Henry Guntur Tarigan (1994:2) menuliskan hubungan penting antara Menyimakdanmembaca antara lain:

1. Pengajaran serta petunjuk-petunjuk dalam membaca diberikan oleh sang guru melalui bahasa lisan.

2. menyimak merupakan cara atau mode utama bagi pelajaran lisan (verbalized learning)

selama tahun-tahun permulaan di sekolah.

3. kosa kata atau perbendaharaan kata menyimakyangsangat terbatas mempunyai kaitan dengan kesukaran-kesukaran dalam belajar membaca secara baik.

4. menyimak turut membantu sang anak untuk menangkap ide utamayangdiajukan oleh pembicara; bagi pelajaryanglebih tinggi kelasnya, membaca lebih unggul daripada menyimak sesuatuyangmendadakdanpemahaman informasiyangterperinci.

Membaca tanpa menyimak apayangdibaca. Itulahyangkebanyakanyangdilakukan oleh orang. Pernah membaca paragrafyangsama sampai tiga kali diulang? Atau sudah selesai di paragraf terakhir tanpa tahu apayangbaru saja kita baca? Itulahyangdisebut dengan membaca tanpa menyimak. Ini sama saja dengan mengendarai mobil berkilo-kilo meter tanpa ingat bagaimana kita mencapai jarak sejauh itu. Hal seperti itu sudah cukup biasa terjadi pada banyak orang.

Suatu studi dilakukan ilmuwan asal University of PittsburghdanUniversity of British Columbia untuk mempelajari kebiasaan buruk tersebut. Mereka melakukan serangkaian eksperimen terhadap sejumlah pembaca. Pembaca dengan kebiasaan kurang menyimak diketahui cenderung memiliki hasil buruk saat mengikuti tes komprehensif. Mereka dalam kondisiyangdisebut dengan"zooning out"atau keluar dari zonayangseharusnya diperhatikan. Faktor penyebabnya cukup banyak, salah satunya adalah kemajemukan teks atau tugas.

Hasil studi ini menginspirasi ilmuwan untuk melakukan riset lebih jauh mengapa"zooning out"terjadidanbagaimana menghentikannya. Masalah ketidakseriusan membaca ini selintas terdengar sepele sekali.



Danakibatnya cukup fatal. Ada banyak keputusanyangdibuat salah sebagai imbas dari aktivitas membacayangtidak diikuti menyimak konten bacaan dengan baik. Bayangkan kalau Anda seorang presidendanmembaca keputusan hukum tanpa menyimak saksama. Atau seorang dosen mengajarkan hal salah ke mahasiswanya hanya karena membaca tanpa menyimak dengan baik.

Kebiasaan membaca tanpa menyimak dengan baik banyak dilakukan orang.

Mata kita selalu membaca kata per kata, tapi pikiran kita kadang melayang entah kemana. Adayangmerasa lapar, haus, lelah, sehingga berpikir banyak hal dilakukan nanti.

3.   Hubungan MembacadanMenulis

            Membacadanmenulis merupakan aktivitas berbahasa ragam tulis. Menulis adalah kegiatan berbahasayangbersifat produktif, sedangkan membaca adalah kegiatanyangbersifat reseptif. Seorang penulis menyampaikan gagasan, perasaan, atau informasi dalam bentuk tulisan. Sebaliknya seorang pembaca mencoba memahami gagsan, perasaan atau informasiyangdisajikan dalam bentuk tulisan tersebut.

            Membaca adalah suatu proses kegiatanyangditempuh oleh pembacayangmengarah pada tujuan melalui tahap-tahap tertentu (Burns, 1985). Proses tersebut berupa penyandian kembalidanpenafsiran sandi. Kegiatan dimulai dari mengenali huruf, kata, ungkapan, frasa, kalimat,danwacana, serta menghubungkannya dengan bunyidanmaknanya (Anderson, 1986). Lebih dari itu, pembaca menghubungkannya dengan kemungkinan maksud penulis berdasarkan pengalamannya (Ulit, 1995). Sejalan dengan hal tersebut, Kridalaksana (1993) menyatakan bahwa membaca adalah keterampilan mengenaldanmemahami tulisan dalam bentuk urutan lambing-lambang grafisdanperubahannya menjadi bicara bermakna dalam bentuk pemahaman diam-diam atau pengujaran keras-keras. Kegiatan membaca dapat bersuara nyaringdandapat pula tidak bersuara (dalam hati).

            Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafisyangmenggambarkan suatu bahasayangdipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambing-lambang grafis tersebut (Bryne, 1983). Lebih lanjut Bryne menyatakan bahwa mengarang pada hakikatnya bukan sekedar menulis symbol-simbol grafis sehingga berbentuk kata,dankata-kata tersusun menjadi kalimat menurut peraturan tertentu, akan tetapi mengarang adalah menuangkan buah pikiran ke dalam bahasa tulis melalui kalimat-kalimatyangdirangkai secara utuh, lengkap,danjelas sehingga buah pikiran tersebut dapat dikomunikasikan kepada pembaca.

            Secara singkat dapat dikatakan bahwa dalam kegiatan karang-mengarang, pengarang menggunakan bahasa tulis untuk menyatakan isi hatidanbuah pikirannya secara menarik kepada pembaca. Oleh karena itu, di samping harus menguasai topikdanpermasalahannyayangakan ditulis, penulis dituntut menguasai komponen (1) grafologi, (2) struktur, (3) kosakata,dan(4) kelancaran.

Aktivitas menulis mengikuti alur prosesyangterdiri atas beberapa tahap. Mckey mengemukakan tujuh tahap yaitu (1) pemilihandanpembatasan masalah, (2) pengumpulanbahan, (3) penyusunanbahan, (4) pembuatan kerangka karangan, (5) penulisan naskah awal, (6) revisi,dan(7) penulisan naskah akhir.

Secara padat, proses penulisan terdiri atas lima tahap yaitu; (1) pramenulis, (2) menulis, (3) merevisi, (4) mengedit,dan(5) mempublikasikan.

1. Pramenulis

Pramenulis merupakan tahap persiapan. Pada tahap ini seorang penulis melakukan berbagai kegiatan, misalnya menemukan ide/gagasan, menentukan judul karangan, menentukan tujuan, memilih bentuk atau jenis tulisan, membuat kerangkadanmengumpulkanbahan-bahan.

Ide tulisan dapat bersumber dari pengalaman, observasi,bahanbacaan,danimajinasi. Oleh karena itu, pada tahap pramenulis diperlukan stimulus untuk merangsang munculnya responyangberupa idea tau gagasan. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui berbagai aktivitas, misalnya membaca buku, surat kabar, majalah,danlain-lain.

Penentuan tujuan menulis erat kaitannya dengan pemilihan bentuk karangan. Karanganyangbertujuan menjelaskan sesuatu dapat ditulis dalam bentuk karangan eksposisi; karanganyangbertujuan membuktikan, meyakinkan,danmembujuk dapat disusun dalam bentuk argumentasidanpersuasi. Karanganyangbertujuan melukiskan sesuatu dapat ditulis dalam bentuk karangan deskripsi. Di samping seorang penulis dapat memilih bentuk prosa, puisi, atau drama untuk mengkomunikasikan gagasannya.

2. Menulis

Tahap menulis dimulai dari menjabarkan ide-ide ke dalam bentuk tulisan. Ide-ide dituangkan dalam bentuk satu karanganyangutuh. Pada tahap ini diperlukan berbagai pengetahuan kebahasaandanteknik penulisan. Pengetahuan kebahasaan digunakan untuk pemilihan kata, penentuan gaya bahasa,danpembentukan kalimat. Sedangkan teknik penulisan diterapkan dalam penyusunan paragraf sampai dengan penyusunan karangan secara utuh.

3. Merevisi

Pada tahap merivisi dilakukan koreksi terhadap keseluruhan paragraf dalam tulisan. Koreksi harus dilakukan terhadap berbagai aspek, misalnya struktur karangandankebahasaan. Struktur karangan meliputi penataan ide pokokdanide penjelas serta sistematika penalarannya. Sementara itu aspek kebahasaan meliputi pemilihan kata, struktur bahasa, ejaandantanda baca.

4. Mengedit

Apabila karangan sudah dianggap sempurna, penulis tinggal melaksanakan tahap pengeditan. Dalam pengeditan ini diperlukan format bakuyangakan menjadi acuan, misalnya ukuran kertas, bentuk tulisan,danpengaturan spasi. Proses pengeditan dapat diperluasdandisempurnakan dengan penyediaan gambar atau ilustrasi. Hal itu dimaksudkan agar tulisan itu menarikdanlebih mudah dipahami.

5. Mempublikasikan

Mempublikasikan mempunyai dua pengertian. Pengertian pertama, berarti menyampaikan karangan kepada public dalam bentuk cetakan, sedangkan pengertianyangkedua disampaikan dalam bentuk noncetakan. Penyampaian noncetakan dapat dilakukan dengan pementasan, penceritaan, peragaan,dansebagainya.

Gaya Tulisan Berasal dari Membaca

Riset dengan jelas menunjukkan bahwa kita belajar menulis lewat membaca. Untuk lebih tepatnya, kita memperoleh gaya tulisan, bahasa khusus penulisan, dengan membaca. Kita sudah melihat banyak buktiyangmenegaskan hal ini: Anak-anakyangberpartisipasi dalam program membaca-bebas, menulis dengan lebih baikdanmerekayangmelaporkan bahwa semakin banyak mereka membaca semakin baik tulisannya

Ada alasan lain untuk memperkirakan bahwa gaya penulisan berasal dari membaca."Argumen kompleksitas"berlaku pula untuk penulisan: Semua cara di mana bahasa tertulis"resmi"berbeda dengan bahasayanglebih informal terlalu rumit untuk dipelajari satu per satu. Bahkan walau pembaca mengenali tulisanyangbaik, para peneliti tidak berhasil menjabarkan secara lengkap tentang apa persisnyayangmembuat tulisanyang"bagus"itu bagus. Oleh karena itu, masuk akal untuk mengatakan gaya penulisan tidak dipelajari secara sadar, melainkan umumnya diserap, atau secara tidak sadar diperoleh, lewat membaca.

Hunting (1967) memaparkan riset untuk disertasi (tidak dipublikasikan)yangmenunjukkan bahwa kuantitas tulisan tidak berkaitan dengan kualitas tulisan. Banyak sekali kajianyangmenunjukkan bahwa meningkatnya kuantitas tulisan tidak mempengaruhi kualitas tulisan. Nah, tentang gaya tulisan berasal dari membaca bukan dari menulis, sejalan denganyangdiketahui tentang kemahiran berbahasa: Kemahiran berbahasa diperoleh melalui masukan (input), bukan keluaran (output), dari pemahaman, bukan hasil. Dengan demikian, jika Anda menulis satu halaman sehari, gaya tulisan Anda tidak akan meningkat. Akan tetapi, hal baik lain bisa dihasilkan dari tulisan Anda, sebagaimanayangakan kita lihat dalam pembahasan berikut.

Beberapa Pendapat Mengenai Hubungan Membaca dengan Menulis

Berikut ini adalah beberapa pendapat orang-orangyangsering menulis di blog mengenai hubungan membaca dengan menulis.

Apabila banyak membaca maka kalau kita membuat suatu tulisan maka akan dengan mudah untuk mengembangkan suatu tulisan. menulis suatu tulisan lebih baiknya diawali dengan membaca terlebih dahulu. (Hakim, 2008).

Semakin banyak membaca semakin lancar pula menulis. (Nita, 2008).

Membaca akan menjadikan kita punyabahanuntuk nulis. (Sholeh, 2008) .

Harus seimbang antara membacadanmenulis, artinya, kita jangan hanya membaca saja tapi juga sebaiknya menghasilkan sebuah karya dalam bentuk tulisan. (Finazli, 2008)

Jika anda ingin menjadi penulis–atau setidaknya mampu menulis dengan baikdankreatif–yangharus Anda lakukan hanyalah dua hal : banyak membacadanbanyak menulis. Tak adayanglain. (Irfani, 2008)

4.   Hubungan Menulis dengan Berbicara

            Berbicaradanmenulis merupakan kegiatan berbahasayangbersifat produktif. Berbicara merupakan kegiatan ragam lisan, sedangkan menulis merupakan kegiatan berbahasa ragam tulis. Menulis pada umumnya merupakan kegiatan berbahasa tak langsung, sedangkan berbicara merupakan kegiatan berbahasayangbersifat langsung.

            Berbicara pada hakikatnya merupakan suatu proses berkomunikasiyangdalam proses itu terjadi pemindahan pesan dari satu pihak (komunikator) ke pihak lain (komunikan). Pesanyangakan disampaikan kepada komunikan lebih dahulu diubah ke dalam symbol-simbolyangdipahami oleh kedua belah pihak (Abd. Gofur, 6 : 2009)

            Aspek-aspekyangdinilai pada kegiatan berbicara terdiri atas aspek kebahasaandannonkebehasaan. Aspek kebahasaan terdiri atas; ucapan atau lafal, tekanan kata, nadadanirama, persendian, kosakata atau ungkapan,danvariasi kalimat atau struktur kalimat. Aspek nonkebahsaan terdiri atas; kelancaran, penguasaan materi, keberanian, keramahan, ketertiban, semangat,dansikap.

Langkah-langkahyangharus dikuasai oleh seorang pembicarayangbaik adalah:

1. Memilih topik, minat pembicara, kemampuan berbicara, minat pendengar, kemampuan mendengar, waktuyangdisediakan.

2. Memahamidanmenguji topik, memahami pendengar, situasi, latar belakang pendengar, tingkat kemampuan, sarana.

3. Menyusun kerangka pembicaraan, pendahuluan, isidanpenutup.

5.
       Hubungan Berbicara dengan Membaca

Berbicaradanmembaca berbeda dalam sifat, sarana,danfungsi. Berbicara bersifat produktif, ekspresif melalui sarana bahasa lisandanberfungsi sebagai penyebar informasi. Membaca bersifat reseptif melalui sarana bahasa tulisdanberfungsi sebagai penerima informasi.

Bahanpembicaraan sebagian besar didapat melalui kegiatan membaca. Semakin sering orang membaca semakin banyak informasiyangdiperolehnya. Hal ini merupakan pendorong bagiyangbersangkutan untuk mengekspresikan kembali informasiyangdiperolehnya antara lain melalui berbicara.

Prof. Dr. Henry Guntur Tarigan (1994:2) menuliskan hubungan penting antara membacadanberbicara antara lain:

1. performasi membaca berbeda sekali dengan kecakapan bahasa lisan.

2. kalau, pada tahun-tahun permulaan sekolah, ujaran membentuk suatu pelajaran bagi pelajaran membaca, maka membaca bagi anak-anak kelasyanglebih tinggi turut membantu meningkatkan bahasa lisan mereka, misalnya: kesadaran linguistic mereka terhadap istilah-istilah baru, struktur kalimatyangbaikdanefektif, serta penggunaan kata-katayangtepat.

3. kosa kata khusus mengenaibahanbacaan haruslah diajarkan secara langsung. Andaikata muncul kata-kata baru dalam buku bacaan/buku pegangan murid, maka sang guru hendaknya mendiskusikannya dengan murid sehingga mereka mnemahami maknanya sebelum mereka mulai membacanya.

Membaca artinya adalah menggerakkandanmengaktifkan fungsi indera informasiyangterdapat pada tubuh manusia yaitu matadantelinga. Desain bentuk manusiayangdiciptakan oleh Tuhan, menempatkan matadantelinga sebagai pintu masuk informasiyangdiperlukan oleh otak supaya bisa memberikan intruksi kepada syaraf tubuh untuk menggerakkan inderayanglain.

Berbicara artinya proses dimana otak memberikan intruksi kepada syaraf bicara untuk mengulang informasiyangtelah didapat melalui matadantelinga agar dapat bebentuk suaradandapat ditangkap oleh orang lain sebagai informasi. Proses berbicara harus didahului dengan proses membaca dan ini akan terus terjadi secara berulang-ulang.

Kemampuan dan kemauan membaca mutlak diperlukan oleh semua individu yang memikirkan peningkatan kemampuan diri dengan terus menerus tanpa mengenal batas waktu, baik dalam memulainya ataupun dalam mengakhirinya. Berfikir terlambat untuk memulai belajar membaca adalah hal yang tidak seharusnya ditanamkan pada diri sendiri karena hal itu akan menyebabkan sebuah rasa rendah diri muncul ketika berada pada sebuah lingkungan yang dipenuhi dengan orang-orang yang berwawasan.

Berbeda dengan membaca, kemampuan berbicara memerlukan suatu kondisi yang sangat mendukung dalam pelaksanaannya. Untuk menunjukkan kemampuan berbicara dan mengemukakan pendapat diperlukan latihan yang terarah serta materi yang memadai. Kemampuan berbicara seseorang juga tidak terus menerus digunakan dan dipraktekan dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mendapatkan kemampuan berbicara yang memadai, umumnya seseorang harus terbiasa dahulu dengan sebuah lingkungan yang memiliki aturan yang kuat secara hierarki. Lingkungan tersebut dapat berupa organisasi massa atau lingkungan kerja.

Kemampuan membaca harus dijalankan terlebih dahulu sebelum kemampuan berbicara dimiliki. Kemampuan membaca ini akan menciptakan daya pikir yang menyukai analisa atas sebab suatu hal. Peningkatan daya pikir yang memperkuat analisa akan membuat kemampuan berbicara jauh lebih baik meskipun seseorang tidaklah rutin melatih kemampuan berbicaranya. Kemampuan berbicara tidaklah selalu dijadikan indikator dari tingkat intelegensi seseorang karena mengarang kata-kata bukanlah hal yang terlalu sulit untuk dilakukan. Sebaliknya kemampuan membaca bisa dijadikan indikator kekuatan intelegensi seseorang karena melatih kemampuan membaca butuh usaha keras dan konsistensi seumur hidup.

Baca Selengkapnya ....

Makalah Menyimak

Posted by Unknown 1 comments

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Dalam pengetahuan kebahasaan kita mengenal istilah mendengar, mendengarkandanmenyimak.. Ketiga kata ini tentu mempunyai maknayangberbeda. Secara sekilas, mendengar adalah proses kegiatan menerima bunyi-bunyianyangdilakukan tanpa sengaja atau secara kebetulan saja.
Mendengarkan adalah proses kegiatan menerima bunyi bahasayangdilakukan dengan senagaja tetapi belum ada unsur pemahaman.
Sedangkan menyimak adalah suatu proses kegiatan menyimak lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasiyangtelah disampaikan oleh sang pembicara melalti ujaran atau bahasa lisan (HG.Tarigan : 28).
B. Identifikasi Masalah
Suasanadalam menyimak diartikan segala sesuatuyangmenyertai peristiwa menyimak di luar pembicara, pembicaraan,danmenyimak.Suasanatersebut sangatlah berpengaruhdanmenentukan kefektifan menyimak. Beberapa hal yan pantas diperhatikan,yangtermasuk kategori situasi dalam proses menyimak, antara lain:
(1) Ruangan: Ruangan atau tempat berlangsungnya peristiwa menyimak harus menunjang. Ruangan yan menunjang adalah ruanganyangmemenuhi persyaratan akustik, ventilasi, penerangan, penataan tempat duduk pendengar, tempat pembicara, warna ruangan, luas ruangandansebagainya.
(2) Waktu: waktu berlangsungnya peristiwa menyimak harus diperhatikandandiperhitungkan sebaiknya pada saatyangtepat misalnya pagi-pagi, saat-saat pendengar masih segar, rileks,dansebagainya.
(3) Tenang:Suasanadanlingkunganyangtenang, jauh dari kebisingan, pemandanganyangtidak mengganggu konsentrasi,suasanayangbaik antar kelompok pendengar sangat menunjang keefektifan menyimak.
(4) Peralatan: Peralatanyangdigunakan dalam peristiwa menyimak haruslahyangmudah dioperasikan, baik produksi suasananyadanberguna dalam melancarkan kegiatan menyimak.

Peristiwa menyimakyangberlangsung dalam ruanganyangbaik, waktuyangtepat,suasanatenteram, nyaman,danmenyenangkan serta dilengkapi dengan peralatanyangfungsional dapat diharapkan hasilnyayangefektif.

BAB II

ISI

A. Pengertian Menyimak

Dalam kehidupan sehari-hari, kata menyimak sering dipergunakan bukan untuk pancaindera telinga saja bahkan dipakai pula indera matadanhati. Dalam bab ini secara terperinci akan dijelaskan bahasandanpengertian menyimak, berikut ini akan diuraikan beberapa pendapat dari beberapa pakar mengenai batasan pembahasan pengertian menyimak adapun diantaranya adalah sebagai berikut:

Russel&Russel, 1959; Anderson, 1972
“Menyatakan bahwa menyimak bermakna mendengarkan dengan penuh pemahamandanperhatian serta apresiasi.”

Harimurti K. 1981

“Menyimak adalah mendengarkan, memperhatikan, mengikuti, menurut, mengindahkan,danmemperdulikan.”

W.J.S. Poerwadorminto

“Menyimak adalah mendengarkan ( memperhatikan apayangdiucapkan atau dibaca orang, meninjau ataupun memeriksa).”

Djago Tarigan

“Menyimak mencakup mendengarkandandisertai usaha pemahaman,danadanya unsur kesengajaandanpenuh perhatiandanminat.”

Guntur Tarigan

“Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interprestasi, untuk memperoleh informasi, menangkap isi, serta memahami makna komunikasiyangtelah disampaikan oleh melalui ujaran atau bahasa lisan.”

Dengan memperhatikan hal-hal tersebut, kita dapat menyusun batasanyanglebih lengkap yaitu:

Menyimak merupakan suatu proses kegiatan mendengarkan bunyi-bunyi bahasadannonbahasa dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi,daninterprestasi untuk memperoleh informasi, sekaligus menangkap isi atau pesan , serta mampu memahami makna komunikasiyangtelah disampaikan oleh manusiadanatau sumber lainnya.

B.Suasana-suasanadalam Menyimak
Banyak sekali situasi dalam kehidupan iniyangmenuntut untuk bertahan kalau kita tidak mau menemui kegagalan, kekalahan,dankehancuran.Suasana-suasanadalam menyimak terdiri dua, yaitu menyimak defensifdanmenyimak sportif. Berikut penulis akan menguraikannya :

a. Menyimak Defensif

Menyimak defensif atau bertahan biasanya dimanipulasikan dalam pesan-pesan lisanyangmengandung maksudyangbersungguh-sungguhdantersirat, antara lain pesan-pesan bersifat :

1. Evaluatif. Hal ini biasanya terjadi pada seorang penyimak saksamayangtelah mendengar dengan jelas dari ujaran seorang pembicara,yangsecara sadar memancing penilaian khusus.

2. Mengawasi. Pesan-pesan disampaikan oleh sang pembicara adakalanya membuat para penyimak bersiap-siap untuk mengontrol benar-tidaknya ujaran itu.

3. Strategis. Para penyimak akan siap memasang siasat atau pertahananyangstrategis.

4. Netral. Pesanyangdisampaikan pembicara, merangsang penyimak untuk berpikir secara netral.

5. Superior. Menganggap diri sendiri lebih unggul dari orang lain.

6. PastidanTentu. Pembicara mengemukakan sesuatuyangpasti,yangsudah tertentu.

b.SuasanaSuportif

Kalausuasanakomunikasi defensif kerap kali ditimbulkan oleh pesan-pesan manipulatif dari pihak pembicara, makasuasanakomunikasisuportifatausuasanakomunikasiyangbersifat mendukung atau menunjang justru timbul dari Keenam butir perangsang atau pemancing komunikasisuportifadalah sebagai berikut.

(i) Deskripsi. Apabila sang pembicara dalam ujarannya mengimplikasikan pemerian atau deskripsiyanglebih banyak.

(ii) Orientasi permasalahan. Ujaran atau pembicaraanyangberorientasi pada berbagai permasalahan dapat menjadisuasanamenyimaksuportif.

(iii) Spontanitas. Pembicara dapat memanfaatka ‘spontanitas’ dalam ujaran atau ucapannya jelas akan membuat para menyimak lebih mudah mencerna isi pesan.

(iv) Empati. Ketegasan merupakan unsure pentingyang harus dimanfaatkan pembicara dalam menyampaikan pesan.

(v) Ekualitas. Unsur lain dalam ujaranyangdapat menjelmakansuasanasuportifadalah ekualitas atau persamaan (hak).

(vi) Provisionalisme. Ketepatan, ketentuan, walaupun bersifat sementara merupakan salah satu unsure pembentuk suasansuportif.

C. Upaya Menyimak Tepat Guna

Ciri-ciri penyimak ideal biasanya diterapkan kepada orang lain. Artinya, bila seseorang menilai apakah orang lain penyimak ideal atau tidak, maka penilai memeriksa karakteristik penyimakyangdinilainya. Patokan penilaian adalah ciri penyimakyangsudah dibicarakan.

Ada kalanya seseorang ingin pula menilai, mengetahui,danmendapat gambaran kemampuan menyimaknya. Tentang hal itu dia tidak ingin dicampuri atau diketahui orang lain. Keinginan seperti itu dapat dipenuhi melalui “Checking up on my listening”,yangdisadur secara bebas menjadi duga daya simak diri.

Berikut upaya agar kita dapat meningkatkan diri kita menjadiyanglebih tepat guna.

(i) Kembangkanlah suatu kemauan atau kesudian menyimak

Tanpa kemauan tidak ada pekerjaanyangakan beres apalagi mendatangkan hasilyangmemuaskan.

(ii) Menyimaklah lebih lama

Bila ada orang memberi ceramah, sebaiknya kita menengarkan dari awal sampai akhir dengan suatu keikhlasan, sebab dari dalamnya dapat kita temukan beberapa ideyangberharga.

(iii) Menyimaklah lebih sering

Keberhasilan orang menyimak, selain ditentukan oleh lamanya, juga ditentukan oleh kekerapannya, keseringannya.

(iv) Menyimaklah dengan penuh respek

Adanya kesediaandankesudian untuk menyimak, berarti adanya keyakinan bahwa pembicara mempunyai kelebihan topic itu.

(v) Menyimak dengan umpan balik

Dalam kegiatan menyimak sadar atau tidak, sebenarnya kita ingin membandingkan pengetahuan sang pembicara dengan pembicara lainnya, bahkan dengan pengetahuan kita sendiri.

(vi) Menyimaklah tanpa penilaian atau keputusanyangpremature

Adakalanya sebelum berlangsungnya kegiatan menyimak, seseorang telah terlebih dahulu menilai atau membuat keputusan terhadap pembicara besertga materiyangakan dikemukakannya.

(vii) Menyimaklah dengan tenangdantenggang hati

Kegelisahandanprasangka dalam kegiatan memang tidak baik. Begitu pula dengan menyimak.

(viii) Menyimaklah secara analisis

Pada saat menyimak perlu pula kita menganalisis butir-butir tertentu dari materi ujaran sang penyimak itu.

(ix) Menyimaklah tanpa keadaan membela diri

Membela diri untuk mempertahankan kebenaran, barulah terpuji.

(x) Menyimaklah dengan prasangkadansterotipyangminim

Manusia tidak bisa bebas dari prasangkadansifat meniru-niru. Tetapi prasangkadansterotip ini bisa kita kurangu, kita tekan sehingga menjadi minim.

(xi) Simaklah tanda-tanda nonvercaldancarilah hal-halyangtidak konsekuen

Gaya, gerak-gerik, mimic, ekspresi wajah sang pembicara pada saat penampilannya dapat pula membantu penyimak memahami butir-butir ujarannya.

D. Perilaku Menyimak

Setiap manusia dialhirkan dengan sejumlah potensi. Salah satu potensi pembawaan sejak lahir itu adalah potensi mampu menyimak. Potensi harus dibinadandikembangkan. Melalui latihan menyimakyangterarahdanberkesinambungan, potensi tadi dapat berwujud menjadi kemampuan menyimakyangnyata. Tanpa pembinaandanpengembangan, potensi tersebut tetap berupa potensi tertutup. Tidak timbul, ataumati.

Walaupun manusia berlatih menyimak, kemampuan menyimaknya terbatas. Keterbatasan itu disebabkan oleh daya tangkapnyayangterbatasdandaya ingatannya terbatas pula. Para ahli memperkirakan orangyangcukup mendapat latihan menyimak, dalam kondisi fisikyangsegardanmentalyangstabil, hanya dapat menangkap isibahansimakan50%. Dalam dua bulan berikutnyayangdiingat hanya setengahnya. Mungkin dalam dua bulan berikutnya sisanya sudah menghilang pula.

Berikut ini dua tipe perilaku dalam kegiatan menyimak.

a. Menyimak Faktual

Penguasaanyangmantap terhadap tekhnik-tekhnik menyimak factual ini justru memudahkan sang penyimak untuk menangkap serta memahami fakta-fakta, konsep-konsep, serta informasiyangdisampaikan sang pembicara.

b. Menyimak Empatik

Menyimak empatik menolong kita untuk memahami sikap psokologisdanemosional sang pembicaradanbagaimana sikap tersebut mempengaruhi ujarannya. Menyimak empatik ini dapat disebut menyimak aktif atau menyimak pemahaman. Setiap pesan berisi dua bagian, yaitu isi,danperasaan atau sikap pembicara terhadap isi tersebut.

E. Meningkatkan Perilaku Menyimak

Menyimak sangat fungsional dalam kehidupan manusia. Melalui menyimak seseorang memperoleh kemungkinan besar mendapatkan informasi. Para ahli berpendapat bahwa sebagian besar dari pengetahuan seseorangdannilai-nilaiyangdiyakininya diperoleh melalui kegiatan menyimak. Karena itu sangatlah beralasan bila setiap orang dituntut terampil menyimak.

Dibawah ini kita kemukakan beberapa langkah khusus untuk meningkatkan keterampilan menyimak.

(i) Menerima keanehan sang pembicara. Setiap orang mempunyai cirri khas, keanehan sendiri.

(ii) Memperbaiki sikap. Suatu peringatan pada diri kita sendiri, peringatanyangbersifat internal.

(iii) Memperbaiki lingkungan. Pilihlah tempatyangmemungkinkan anda dapat menyimak lebih baik.

(iv) Jangan dulu memberikan pertimbangan. Ada baiknya kita melatih diri untuk menahan jangn dulu memperlihatkan tindakan-tindakanyangmengganggu kegiatan menyimak.

(v) Meningkatkan pembuatan catatan. Mencoba membuat celaanyangterlalu terperincidan bertele-tele dapat menggangggu proses menyimak.

(vi) Menyaring tujuan-tujuan menyimakyangspesifik. Menetukan tujuan khusus dalam menyimak.

(vii) Memanfaatkan waktu secara bijaksana. Perlu merencanakan penggunaan waktu secara diferensial.

(viii) Menyimak secara rasional. Perlu merem atau mengurangi diri sendiri untuk bereaksi secara emosional.

(ix) Berlatih menyimakbahan-bahanyangsulit. Penyimakyangbaik menerima dengan senang hati segala tantangan daribahan-bahanyangsulityangdiutarakan pembicara.

BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Menyimak merupakan suatu proses kegiatan mendengarkan bunyi-bunyi bahasadannonbahasa dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi,daninterprestasi untuk memperoleh informasi, sekaligus menangkap isi atau pesan , serta mampu memahami makna komunikasiyangtelah disampaikan oleh manusiadanatau sumber lainnya.

Banyak sekali situasi dalam kehidupan iniyangmenuntut untuk bertahan kalau kita tidak mau menemui kegagalan, kekalahan,dankehancuran.Suasana-suasanadalam menyimak terdiri dua, yaitu menyimak defensifdanmenyimak sportif.

Upaya menyimak tepat guna terdiri dari kesudian menyimak, menyimak lebih lama, menyimak lebih sering, menyimaklah dengan prasangkadansterotipyangminim,danmenyimak tanda-tanda nonvercaldancarilah hal-halyangtidak konsekuen.

Perilaku menyimak terdiri dari menyimak faktualdanmenyimak empatik. Adapun upaya untuk meningkatkan perilaku menyimak adalah menerima keanehan sang pembicara, memperbaiki sikap, jangan dulu memberikan pertimbangan, memanfaatkan waktu secara bijaksana,danberlatih menyimakbahan-bahanyangsulit.

2. Saran

Penulis memberikan beberapa saran yaitu sebagai berikut :

1. Menerapkan dan memahami suasana dalam menyimak

2. Menerapkan menyimak tepat guna dalam kehidupan sehari-hari

3. Melaksanakan perilaku menyimak dalam kegiatan menyimak agar kualitas menyimak lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Tarigan, Henry Guntur. 1985. Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.

Bandung: Penerbit Angkasa

Gibb; Jack R. 1961. “DefensiveCommunication” dalam The Journal of Communication,

11 (1961): 141-8

Logan; Lilian M. [et al]. 1972. Creative Communication: Teaching The Language Arts.

Toronto: Mc Graw. Hill Ryerson Ltd

Tarigan, Djago. 1986. Keterampilan Menyimak. Jakarta: Karunia

Simaremare, Rumasi. 2008. Keterampilan Menyimak. Medan: UNIMED

Baca Selengkapnya ....

jenis Menyimak

Posted by Unknown 0 comments


JENIS MENYIMAK

Menyimak ada berbagai macam jenis. Namun beberapa jenis tersebut dibedakan berdasarkan kriteria tertentu, yakni berdasarkan suber suara, berdasarkan bahan simak, dan berdasarkan pada titik pandang aktivitas menyimak
1)     Berdasarkan Sumber Suara
Berdasarkan sumber suara yang disimak, dikenal dua jenis nama penyimak yaitu intrapersonal listening atau menyimak intrapribadi dan interpersonal listening atau menyimak antarpribadi.
Sumber suara yang disimak dapat berasal dari diri kita sendiri. Ini terjadi di saat kita menyendiri merenungkam nasib diri, menyesali perbuatan sendiri, atau berkata-kata dengan diri sendiri. Jenis menyimak yang seperti inilah yang disebut intrapersonal listening.
Sumber suara yang disimak dapat pula berasal dari luar diri penyimak. Menyimak yang seperti inilah yang paling banyak kita lakukan misalnya dalam percakapan, diskusi, seminar, dan sebagainya. Jenis menyimak yang seperti ini disebut interpersonal listening.
2)     Berdasarkan Cara Penyimakan
Berdasarkan cara penyimakannya, menyimak dibagi menjadi dua ragam, yakni menyimak intensif dan menyimak ekstensif.
1.    Menyimak intensif
Menyimak intensif adalah kegiatan menyimak dengan penuh perhatian, ketentuan dan ketelitian sehingga penyimak memahami secara mendalam. Dengan cara menyimak yang intensif, penyimak melakukan penyimakan dengan penuh perhatian, ketelitian, dan ketekunan, sehingga penyimak memahami secara luas bahan simakannya. Jenis menyimak seperti ini dibagi atas beberapa jenis, yaitu :
·         Menyimak kritis, bertujuan untuk memperoleh fakta yang diperlukan. Penyimak menilai gagasan, ide, informasi dari pembicara. Contoh: orang yang menghadiri seminar akan memberikan tanggapan terhadap isi seminar.
·      
   Menyimak introgatif, merupakan kegiatan menyimak yang menuntut konsentrasi dan selektivitas, pemusatan perhatian karena penyimak akan mengajukan pertanyaan setelah selesai menyimak. Contoh: seseorang yang diinterogasi oleh polisi karena telah melakukan kejahatan.
·         Menyimak penyelidikan, yakni sejenis menyimak dengan tujuan menemukan. Contoh: seorang yang masih diduga telah membunuh orang lain sedang diselidiki oleh polisi dengan mengutarakan beberapa pertanyaan yang harus di jawab. Maka polisi melakukan menyimak penyelidikan saat sang tersangka menjawab pertanyaannya.
·         Menyimak kreatif, mempunyai hubungan erat dengan imajinasi seseorang. Penyimak dapat menangkap makna yang terkandung dalam puisi dengan baik karena ia berimajinasi dan berapresiasi terhadap puisi itu.
·         Menyimak konsentratif, merupakan kegiatan untuk menelaah pembicaraan/hal yang disimaknya. Hal ini diperlukan konsentrasi penuh dari penyimak agar ide dari pembicara dapat diterima dengan baik. Contoh: saat mahasiswa melaksanakan tes toefl sesi listening, ia melakukan simak konsentratif agar dapat memahami maksud sang pembicara dengan tepat.
·         Menyimak selektif, yakni kegiatan menyimak yang dilakukan dengan menampung aspirasi dari penutur / pembicara dengan menyeleksi dan membandingkan hasil simakan dengan hal yang relevan. Contoh: menyimak acara televisi dan memilah-milah mana yang boleh ditonton oleh anak kecil dan mana yang dilarang.

1.    Menyimak ekstensif
adalah proses menyimak yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, seperti: menyimak radio, televisi, percakapan orang di pasar, pengumuman, dan sebagainya. Menyimak siperti ini sering pula diartikan sebagai kegiatan menyimak yang berhubungan dengan hal-hal yang umum dan bebas terhadap suatu bahasa. Dalam prosesnya di sekolah tidak perlu langsung di bawah bimbingan guru. Pelaksanaannya tidak terlalu dituntut untuk memahami isi bahan simakan. Bahan simakan perlu dipahami secara sepintas, umum, garis besarnya saja atau butir-butir yang penting saja. Jenis menyimak ekstensif dapat dibagi empat:
·         Menyimak sekunder, yakni sejenis mendengar secara kebetulan, maksudnya menyimak dilakukan sambil mengerjakan sesuatu.
Contoh : Ahmad sedang mencuci motor tanpa sadar ia mendengar Ibunya bercerita di teras dengan tetangganya.
·         Menyimak estetik, yakni penyimak duduk terpaku menikmati suatu pertunjukkan misalnya, lakon drama, cerita, puisi, baik secara langsung maupun melalui radio. Secara imajinatif penyimak ikut mengalami, merasakan karakter dari setiap pelaku.
·         Menyimak pasif, merupakan penyerapan suatu bahasa tanpa upaya sadar yang biasanya menandai upaya penyimak.
Contoh : Tukang Becak yang biasa mengantar turis secara tidak langsung pandai berkomunikasi menggunakan bahasa asing.
·         Menyimak sosial, berlangsung dalam situasi sosial, misalnya orang mengobrol, bercengkrama mengenai hal-hal menarik perhatian semua orang dan saling menyimak satu dengan yang lainnya, untuk merespon yang pantas, mengikuti bagian-bagian yang menarik dan memperlihatkan perhatian yang wajar terhadap apa yang dikemukakan atau dikatakan orang.
3)     Berdasarkan Titik Pandang Aktivitas menyimak
Menyimak Berdasarkan pada titik pandang aktivitas penyimak dapat diklarifikasikan:
1.    Kegiatan menyimak bertarap rendah
Kegiatan menyimak bertaraf rendah berupa penyimak baru sampai pada kegiatan memberikan dorongan, perhatian, dan menunjang pembicaraan. Biasanya aktivitas itu bersifat nonverbal seperti mengangguk-angguk, senyum, sikap tertib dan penuh perhatian atau melalui ucapan-ucapan pendek seperti benar, saya setuju, ya, ya dan sebagainya. Menyimak dalam taraf rendah ini dikenal dengan nama silent listening.
Contoh: siswa yang sedang mendengarkan penjelasan dari guru, yang hanya menunjukkan respon mengangguk, tersenyum, dan sebagainya.
1.    Kegiatan menyimak bertaraf tinggi
Aktivitas menyimak yang bertaraf tinggi, penyimak sudah dapat mengutarakan kembali isi bahan simakan. Pengutaraan kembali isi bahan simakan menandakan bahwa penyimak sudah memahami isi bahan simakan. Jenis menyimak seperti ini disebut dengan nama active listening.
Contoh: setelah siswa menerima pembelajaran, secara bergantian siswa mengutarakan apa yang didapatnya pada hari itu.
4)     Berdasarkan taraf hasil simakan
Berdasarkan taraf hasil simakan, terdpat beberapa ragam, antara lain:
1.    Menyimak terpusat
Menyimak terpusat adlah menyimak suatu aba-aba atau perintah untuk mengetahui kapan harus ulai melaksanakan sesuatu yang diperintahkan.
Contoh: ketika belajar membuat kue, saya selalu mendengarkan intruksi dari ibu kapan saya harus memasukkan telur, kapan harus memengeluarkan adonan dari oven, dan sebagainya.
1.    Menyimak untuk membandingkan
Penyimak menyimak pesan tersebut kemudian membandingkan isi pesan tersebut dengan pengalaman dan pengetahuan penyimak yang relevan.
Contoh: kemarin sore, saya mendengarkan siaran berita yang memberitakan seorang siswa MAN yang kepergok membawa minuman kers ke sekolah. Setelah mendengar itu, saya kemudian membandingkan dengan pengalaman dan pengetahuan saya bahwa siswa MAN adalah siswa yang dikenal religi. Tapi hal ini berlawanan dengan berita yang saya dengarkan. Maka saya membandingkannya.
1.    Menyimak organisasi materi
Yang dipentingkan oleh penyimak disini ialah mengetahui organisasi pikiran yang disampaikan pembaca, baik ide pokoknya maupun ide penunjangnya.
Contoh: saya mengikuti seminar proposal skripsi teman saya, berarti saya telah melakukan kegiatan menyimak organisasi materi karena saya tahu ide-ide yang disampaikannya.
1.    Menyimak kritis
Menyimak kritis (critical listening) adalah sejenis kegiatan menyimak yang berupa untuk mencari kesalahan atau kekeliruan bahkan juga butir-butir yang baik dan berar dan ujaran seorang pembicara dengan alasan-alasan yang kuat yang kuat yang dapat diterima oleh akal sehat.
Contoh: ketika mangikuti seminar proposal skripsi, karena ada hal yang kurang bisa diterima dan dimengerti, maka saya meminta pada nara sumber untuk menjelaskan maksudnya.
1.    Menyimak kreatif dan apresiatif
Menyimak kreatif (creative listening) adalah sejenis kegiatan dalam menyimak yang dapat mengakibatkan kesenangan rekonstruksi imajinatit para penyimak terhadap bunyi, penglihatan, gerakan, serta perasaan-perasaan kinestetik yang disarankan atau dirangsang oleh apa-apa yang disimaknya.
Contoh: suatu saat saya mendengarkan acara TV “hidup ini indah”. Setelah menyimak acara tersebut, saya jadi terinspirasi untuk menjadi seorang wirausaha sukses.
5)     Berdasarkan tujuan menyimak
Ada enam macam ragam menyimak berdasarkan tujuan menyimak, yakni:
1.    Menyimak sederhana
Menyimak sederhana terjadi dalam percakapan dengan teman atau percakapan melalui telepon.
1.    Menyimak deskriminatif
Menyimak untuk membedakan suara atau perubahan suara.
Contoh: orang yang marah mengeluarkan nada suara yang berbeda dengan orang yang sedang bergembira.
1.    Menyimak santai
Menyimak untuk tujuan kesenangan.
Contoh: menyimak film, drama, komedi, dan sebagainya.
1.    Menyimak informatif
Menyimak untuk mencari informasi.
Contoh: menyimak siaran berita, menyimak pengumuman, dan sebagainya.
1.    Menyimak literatur
Menyimak untuk mengorganisasikan gagasan.
Contoh: membahas hasil penemuan.
1.    Menyimak kritis
Menyimak untuk menganalisis tujuan pembicara.
Contoh: dalam debat terbuka, ada dua pihak yang saling meminta kebenaran atas topik yang dibahas.
6)     Berdasarkan tujuan khusus
Ada tujuh ragam menyimak berdasarkan tujuan khusus, yakni:
1.    Menyimak untuk belajar
Melalui kegiatan menyimak seseorang mempelajari berbagai hal yang dibutuhkan. Contohnya: siswa yang menyimak penjelasan guru.
1.    Menyimak untuk menghibur
Penyimak menyimak untuk menghibur dirinya. Contohnya: menyimak film, drama komedi, dan sebagainya.
1.    Menyimak untuk menilai
Penyimak mendengarkan dan memahami isi simakan kemudian mengkaji, menguji, dan membandingkan dengan pengalaman dan pengetahuan penyimak. Contoh: menyimak fakta yang disiarkan di berita TV.
1.    Menyimak apresiatif
Penyimak memahami, menghayati, mengapresiasi materi simakan. Contoh: menyimak pembacaan puisi, cerpen, drama, dsb.
1.    Menyimak untuk mengomunikasikan ide dan perasaan
Penyimak memahami, merasakan gagasan, ide, dan perasaan pembicara. Contoh: orang yang sedang mendengarkan curahan hati sahabatnya.
1.    Menyimak deskriminatif
Menyimak untuk membedakan suara atau bunyi. Contoh: perbedaan suara orang yang sedang bergembira dan orang yang sedang marah.
1.    Menyimak pemecahan masalah
Penyimak mengikuti uraian pemecahan masalah secara kreatif dan analitis yang disampaikan oleh pembaca. Contoh: seorang psikolog yang mendengarkan keluhan pasiennya dan berusaha memberikan solusi terhadap masalah pasien tersebut.


Baca Selengkapnya ....

Translate

Recent Comments

Designed by Berita Update - Belajar SEO dan Blog | Copyright of Catatan Si Mungil.